Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Super Kuat, Ini Dampak Buruknya ke Pasar Saham

Analis Bank of America Corp (BofA) mengatakan, pasar saham AS bisa terpukul seiring dengan pergerakan ekonomi dan dolar AS saat ini.
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Potensi terjadinya resesi di Amerika Serikat menjadi sentimen tersendiri bagi pasar saham dan pergerakan dolar AS.

Sejumlah ekonom memperdebatkan pengaruh resesi terhadap dinamika saham dan perekonomian dunia.

Berdasarkan laporan Bloomberg, probabilitas resesi AS yang diperkirakan terjadi pada 2023 meningkat 47,5 persen, dari sebelumnya 30 persen pada Juni 2022.

Sementara itu, posisi bullish pada dolar AS telah melonjak ke level tertinggi dalam 7 tahun. Hingga perdagangan hari ini, Senin (18/7/2022) indeks dolar di pasar spot mencapai 107,89, meningkat 2,9 persen dalam sepekan.

Analis dan Ahli Strategi Bank of America Corp (BofA) mengatakan, pasar saham AS bisa terpukul seiring dengan pergerakan ekonomi dan dolar AS saat ini.

“Saham AS bisa semakin menurun karena risiko kontraksi ekonomi dolar AS yang menguat pada paruh kedua tahun ini,” jelasnya kepada Bloomberg, dikutip Senin (18/7/2022).

Pasalnya, greenback memiliki posisi khusus di pasar dunia. Ketika investor dilanda kekhawatiran, mereka cenderung mengamankan aset berdenominasi dolar AS, sehingga menyebabkan pemintaan dolar AS semakin meningkat.

Di sisi lain, pasar saham AS dinilai telah mengalami resesi ringan, menurut Chief Investment Officer Kestra Holdings, Kara Murphy.

“Pasar hari ini mencerminkan perlambatan atau resesi ringan, saya pikir itu akan menjadi tanda risk-on untuk pasar,” pungkas Kara.

Terpisah, Ekonom Moody’s Analytics, Mark Zandi mengatakan, saat ini risiko resesi tergolong cukup tinggi sepanjang sejarah perekonomian AS. Namun demikian, bukan berarti resesi sudah pasti akan terjadi.

“Saya pikir dengan sedikit keberuntungan, dan beberapa kebijakan yang cukup baik oleh The Fed, kita akan dapat menghindari resesi,” ujarnya.

Konsumen AS diyakini terpukul akibat tingginya inflasi saat ini, namun secara umum di semua kelompok pendapatan masih memiliki tabungan, sehingga dampaknya dinilai tidak akan terlalu signifikan.

Mengutip data Bloomberg, pada akhir perdagangan pekan lalu, Jumat (15/7/2022), indeks Dow Jones meningkat 2,15 persen, indeks S&P 500 naik 1,92 persen, sedangkan Nasdaq juga terkerek 1,79 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper