Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) menjadi salah satu saham dengan kinerja di bawah rata-rata atau laggard, dengan turun 40,9 persen sejak awal tahun atau year to date (YTD). Analis melihat investor memiliki ekspektasi yang rendah ke bisnis Bukalapak.
Analis CGS-CIMB Sekuritas Indonesia Ryan Winipta dan Baruna Arkasatyo mengatakan, market hanya menilai bisnis inti BUKA di Rp3,2 triliun, jauh di bawah perusahaan sejenis di regional seperti Sea Ltd dan Grab. Meski demikian, Ryan dan Baruna menilai terdapat beberapa katalis positif terhadap kinerja BUKA.
Menurutnya, dengan pendanaan startup yang menjadi semakin sulit, pihaknya memperkirakan kompetitor Mitra Bukalapak harus berjuang melawan BUKA yang memiliki modal besar.
"Beberapa startup telah menikmati putaran pendanaan yang sangat besar selama pandemi, tetapi keadaan cepat berbalik," tulis Ryan dan Baruna dalam risetnya, dikutip Minggu (17/7/2022).
Menurut mereka, ada kemungkinan Ula, pesaing Bukalapak, dapat menurunkan ambisinya, mengikuti pemotongan Udaan baru-baru ini. Selain itu, pesaing lainnya yakni Warung Pintar, juga dapat mengalihkan fokusnya setelah diakuisisi Sirclo.
Ryan dan Baruna juga melihat, kolaborasi antara AlloFresh dan Mitra Bukalapak merupakan kunci menuju keberlanjutan. BUKA menyebut kolaborasi Mitra Bukalapak-Transmart, yang diperkuat dengan Joint Venture AlloFresh, dapat menurunkan beban persediaan dalam jangka panjang.
Baca Juga
"Kami pikir hal ini adalah salah satu kunci keberlanjutan jangka panjang untuk Mitra Bukalapak, karena pemeriksaan kami di kota-kota tier 2 menunjukkan pemilik toko mom-and-pop store selalu mencari opsi termurah," tuturnya.
Kolaborasi ini, bersamaan dengan meningkatnya proporsi penjualan dari brand regional, penting untuk meningkatkan daya saing dan untuk mencapai EBITDA yang positif.
Adapun CGS-CIMB Sekuritas merekomendasikan untuk add saham BUKA, dengan target harga Rp350 per saham.
Risiko yang datang dari Bukalapak adalah gagalnya eksekusi kolaborasi Mitra Bukalapak dan AlloFresh, penjualan saham dari pemegang saham utama, dan meningkatnya persaingan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.