Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UNVR, ICBP, MYOR Berkelit dari Fluktuasi Harga Bahan Baku, Margin Bisa Terjaga

Emiten barang konsumer, UNVR, ICBP dan MYOR, dinilai bisa berkelit dari dampak fluktuasi harga bahan baku. Alhasil, margin profit mereka terjaga.
Petugas sedang menurunkan karton produk mi instan Indomie. Mi instan merupakan salah satu produk unggulan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk./indofood.com
Petugas sedang menurunkan karton produk mi instan Indomie. Mi instan merupakan salah satu produk unggulan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk./indofood.com

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten barang konsumer dinilai bisa berkelit dari dampak fluktuasi harga bahan baku.

Penyesuaian harga jual produk yang dilakukan para emiten pada beberapa kuartal terakhir bisa menjaga margin profitabilitas di sisa tahun ini.

PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) tercatat telah menaikkan harga jual dengan besaran rata-rata 5 persen pada kuartal I/2022 untuk sejumlah produk.

Selama periode ini, UNVR membukukan laba sebesar Rp2,02 triliun dari total penjualan Rp10,83 triliun. Margin profitabilitas UNVR tercatat naik dari hanya 16,51 persen pada kuartal I/2021 menjadi 18,65 persen pada kuartal I/2022.

Direktur Unilever Indonesia Enny Hartati Sampurno mengatakan bahwa penyesuaian harga jual produk pada kuartal-kuartal selanjutnya akan dilakukan secara selektif. Dia mengemukakan perseroan ingin memastikan daya saing produk dan kekuatan merek di pasar tetap terjaga meski harga jual mengalami kenaikan.

“Untuk menjaga gross profit margin, kami juga melakukan saving atau efisiensi di semua lini biaya perusahaan kami. Kami juga mempertimbangkan kondisi short term dan long term, sehingga kami tidak akan pass on semua inflasi ke konsumen,” kata Enny dalam paparan publik Juni lalu.

Dengan strategi penyesuaian harga dan efisiensi yang dilakukan sejak kuartal IV/2021, gross profit margin UNVR tercatat dipertahankan di level 47,6 persen pada kuartal IV/2021 dan naik menjadi 48,7 persen di kuartal I/2022.

Sejalan dengan UNVR, PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) juga telah beberapa kali menaikkan harga jual sejak 2021 dan terakhir ditempuh pada April 2022. Margin profitabilitas Mayora tercatat berada di angka 4,3 persen pada Januari—April 2022, turun dibandingkan dengan posisi Januari—April 2021 yang mencapai 8,3 persen.

“Penurunan margin laba bersih karena kenaikan harga komoditas. Untuk antisipasi kondisi ini, kami mencari pemasok bahan baku lebih banyak lagi sehingga bisa optimal. Dan yang tak terhindari kami harus melakukan beberapa kali kenaikan harga. Kami yakin kenaikan harga ini dapat memulihkan sebagian margin perusahaan pada 2022 dan lebih baik lagi di 2023,” kata Direktur Mayora Indah Wardhana Atmadja.

Pemilik pangsa pasar terbesar produk mi instan di Tanah Air, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), juga telah melakukan penyesuaian harga jual sebanyak dua kali pada kuartal II/2022, yakni pada April dan Juni. Dengan laba tahun berjalan sebesar Rp2,25 triliun dan penjualan bersih Rp17,18 triliun pada kuartal I/2022, margin profitabilitas ICBP bertahan di 13,13 persen dari sebelumnya 14,10 persen pada kuartal I/2021.

Analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia mencatat margin profitabilitas ICBP cenderung terjaga pada kuartal I/2022, bahkan setelah perusahaan menaikkan harga jual pada Desember 2021. Pebe menilai hal ini tidak lepas dari kekuatan produk perseroan yang kuat di pasar.

“Kami melihat ICBP punya pricing power yang kuat untuk di-pass on ke konsumen, khususnya untuk segmen mi instan karena memiliki pangsa pasar yang besar, yakni sekitar 70 persen dari penjualan nasional. Di luar dari itu, ICBP menjual produk konsumer pokok dibandingkan dengan MYOR yang mayoritas adalah kudapan,” kata Pebe, Selasa (12/7/2022).

Pebe juga mengatakan margin profitabilitas ICBP bisa terjaga karena harga gandum yang merupakan bahan baku utama yang dipakai perseroan telah memperlihatkan tren penurunan.

“Volume penjualan ICBP tetap tumbuh meski sudah menaikkan harga jual. Dan harga gandum juga mulai turun sehingga kami perkirakan margin akan terjaga. ICBP menjadi saham top pick kami di sektor ini dengan target harga Rp12.000,” kata Pebe.

Head of Investment Research Strategist Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya menjelaskan bahwa sejumlah saham sektor consumer non-cyclical bisa menjadi pilihan pada semester II/2022. Harga komoditas agrikultur seperti kopi, gandum, gula, dan minyak sawit mentah yang turun cukup dalam sejak Juni 2022 bisa memberi ruang bagi emiten di sektor tersebut.

“Komoditas ini adalah bahan baku yang penting bagi emiten konsumer seperi MYOR, INDF, ICBP, dan UNVR. Dengan turunnya harga komoditas, tentunya biaya produksi mereka akan turun di kuartal-kuartal selanjutnya,” kata Hariyanto dalam seminar daring, Selasa (12/7/2022).

Dia juga mencatat bahwa emiten-emiten ini telah menaikkan harga jual produknya dalam 6 bulan terakhir, seperti ICBP yang harga jual produknya telah naik 12—14 persen secara year-to-date. 

“Dengan harga jual yang lebih tinggi dan biaya produksi yang rendah di kuartal selanjutnya, ini akan mendorong operating profit margin dan earnings-nya. Karena itu kami masukkan UNVR dan ICBP dalam rekomendasi saham di semester II/2022,” tambahnya.

Menjelang penutupan perdagangan pada Selasa (12/7/2022), saham sektor consumer non-cyclical tercatat menguat 0,41 persen pada pukul 14:48 WIB.

Saham UNVR menguat 1,46 persen ke posisi 4.870 per saham, sementara ICBP dan INDF masing-masing menguat 0,53 persen dan 0,36 persen. Adapun saham MYOR terkoreksi 0,52 persen ke posisi 1.910 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper