Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chandra Asri (TPIA) Kantongi Pinjaman Rp1,5 triliun dari OCBC NISP, Dipakai untuk Apa Dananya?

Pembiayaan senilai Rp1,5 triliun yang diberikan oleh OCBC NISP adalah bagian dari komitmen OCBC NISP untuk mendukung Chandra Asri agar dapat berkesinambungan mengembangkan bisnisnya.
Pekerja mengoperasikan mesin di komplek pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Cilegon, Banten./Antara - Muhammad Iqbal
Pekerja mengoperasikan mesin di komplek pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Cilegon, Banten./Antara - Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA), emiten petrokimia dari grup Barito Putra, memperoleh fasilitas pinjaman 10 tahun senilai US$100 juta atau setara Rp1,5 triliun (kurs Jisdor Rp15.015 per 6 Juli 2022) dari PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP).

Chief Financial Officer Chandra Asri Andre Khor mengatakan, pihaknya sangat antusias untuk memperluas dan meningkatkan hubungannya dengan Bank OCBC NISP.

"Komitmen bank untuk kemitraan jangka panjang dan pemahaman mendalam tentang model bisnis nasabah adalah bukti komitmen mereka terhadap keberlanjutan, dengan fokus pelanggan yang kuat," kata Andre dalam keterangan resmi, Kamis (7/7/2022).

Direktur Bank OCBC NISP Martin Widjaja mengatakan, pinjaman ini diberikan OCBC NISP untuk memfasilitasi pertumbuhan bisnis industri petrokimia Indonesia. Menurutnya, pembiayaan yang diberikan oleh OCBC NISP adalah bagian dari komitmen OCBC NISP untuk mendukung Chandra Asri agar dapat berkesinambungan mengembangkan bisnisnya.

"Kerja sama strategis ini merupakan langkah awal yang baik untuk kedua belah pihak," tutur Martin.

Dia melanjutkan, sebagai mitra perbankan, OCBC NISP berharap dapat memberikan layanan keuangan yang terintegrasi dan komprehensif, untuk mendukung TPIA agar tetap menjadi produsen petrokimia terintegrasi dan terbesar di Indonesia.

Sebagai informasi, Chandra Asri merupakan produsen petrokimia terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Perseroan terus berkomitmen untuk meningkatkan kapasitasnya guna memenuhi pertumbuhan permintaan produk petrokimia di dalam negeri.

Salah satu strategi perseroan adalah mengembangkan kompleks CAP2 berskala dunia. Pembangunan kompleks ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor, mengembangkan industri hilir petrokimia lokal, mendukung visi pemerintah untuk Industri 4.0, dan menciptakan karir jangka panjang yang bernilai tinggi.

Dari catatan Bisnis, selama kuartal I/2022, TPIA mencatat rugi bersih sebesar US$11,1 juta dibandingkan dengan US$84.5 juta pada kuartal I/2021.

Margin petrokimia yang lebih ketat dan lingkungan makro yang menantang mengakibatkan EBITDA Chandra Asri turun menjadi US$24,1 juta dari US$146.7 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Selain itu, beban pokok pendapatan TPIA meningkat 45 persen menjadi US$652,7 juta dari US$450,8 juta pada pada kuartal I/2021 sebagian besar disebabkan oleh harga bahan baku rata-rata yang lebih tinggi dengan Naphtha pada US$856 per ton dibandingkan dengan rata-rata US$534 per ton pada kuartal I/2021.

Hal ini dilatarbelakangi oleh kenaikan 66 persen di harga minyak mentah Brent selama kuartal I/2022 dengan rata-rata US$101 per barel berbanding rata-rata US$61 per barel kuartal I/2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper