Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan properti PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Kamis, (7/7/2022).
Pembagian dividen menjadi salah satu agenda yang ditunggu-tunggu oleh para investor pemegang saham emiten berkode SMRA ini.
Pengelola mall Summarecon Serpong dan Bekasi itu tercatat sudah dua tahun berturut-turut tidak membagikan dividen tunai.
Berdasarkan penelusuran Bisnis, Rabu (6/7/2022) Summarecon Agung secara konsisten membagikan dividen sejak RUPST 2010 hingga 2019 dengan jumlah yang bervariasi.
Untuk tahun buku 2009, SMRA membagikan dividen Rp8 per saham, dan terus meningkat untuk tahun-tahun buku selanjutnya menjadi Rp10 per saham hingga Rp23 per saham.
Di tahun buku 2012, SMRA tercatat membagikan dividen tertinggi, yakni senilai Rp43 per saham, dan kembali menurun untuk tahun buku berikutnya.
Baca Juga
Mulai tahun buku 2015 hingga 2018, SMRA konsisten membagikan dividen Rp5 per saham.
Namun, mulai tahun buku 2019 hingga 2020 SMRA tercatat absen membagikan dividen karena sejumlah alasan.
Pada RUPST yang diadakan pada 24 Agustus 2021, direksi SMRA menyampaikan penggunaan penghasilan komprehensif tahun buku 2020 senilai Rp230 miliar untuk modal kerja dan Rp2,3 miliar untuk dana cadangan.
Pada 2020, pendapatan SMRA tercatat merosot 15,34 persen yakni senilai Rp5,02 triliun dibandingkan periode sebelumnya senilai Rp5,94 triliun. Sedangkan pada 2021 pendapatan SMRA meningkat 10,75 persen menjadi Rp5,56 triliun.
Sebagai catatan, selama tiga bulan pertama tahun ini SMRA membukukan pendapatan Rp1,47 triliun didukung segmen properti dan juga properti investasi.
Saham sektor properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mendapat tekanan, sehingga menyebabkan indeks IDX Sector Properties & Real Estate merosot 13,96 persen secara year-to-date (ytd).
Pada perdagangan sesi pertama Rabu (6/7/2022), saham SMRA meningkat 1,82 persen atau setara 10 poin ke level 560. Sementara itu sejak awal tahun, saham dengan kapitalisasi pasar Rp9,24 triliun itu tercatat mengalami penurunan sebesar 32,53 persen.