Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) mencatatkan transaksi lebih dari Rp20 triliun pada semester I/2022 berkat sejumlah strategi yang dilakukan.
Direktur ICDX Nursalam mengatakan, ICDX fokus pada akselerasi perdagangan berjangka komoditi (PBK), seperti peningkatan transaksi multilateral, menambah peserta dan meningkatkan transaksi pada pasar Murabahah Komoditi Syariah.
“Tahun ini, untuk mempercepat pertumbuhan transaksi multilateral, ICDX akan menjalankan sejumlah strategi seperti memperbesar demografi nasabah multilateral, khususnya dalam hal persyaratan pembukaan akun agar dapat diakses oleh nasabah dengan rentang usia lebih muda mulai dari 17 tahun,” papar Nursalam dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (5/7/2022).
Selain itu, ICDX juga akan menambah pialang multilateral baru, meningkatkan kolaborasi dengan financial hub, serta inovasi produk multilateral.
Sebagai informasi, berdasarkan data demografi audiens kanal promosi produk multilateral ICDX (GOFX) banyak diminati oleh kalangan usia 17-24 tahun.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, hingga 2021 jumlah investor mengalami pertumbuhan 56,95 persen didominasi kaum milenial dan generasi Z dengan usia di bawah 30 tahun.
Baca Juga
Selama 2022, ICDX mencatatkan nilai transaksi multilateral hingga lebih dari Rp20 triliun, dengan total volume transaksi multilateral lebih dari 500.000 lot.
Hal ini seiring dengan penetrasi pasar yang lebih luas setelah beroperasinya Pasar Murabahah Komoditi Syariah pada kuartal I/2022, serta transaksi Pasar Fisik Emas yang akan segera dimulai.
Lebih lanjut, ICDX juga tengah menggalakkan fasilitas perdagangan kredit karbon untuk mengurangi emisi sesuai dengan target iklim Indonesia. Perdagangan karbon dinilai memiliki nilai ekonomi yang cukup potensial.
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi yang dikutip dari laman BEI, Indonesia memiliki hutan hujan tropis ketiga terbesar di dunia dengan luas area 125,9 juta hektar yang mampu menyerap emisi karbon sebesar 25,18 miliar ton.
Indonesia juga memiliki hutan mangrove yang dapat menyerap emisi karbon setara 33 miliar karbon, dan lahan gambut yang dapat menyerap 55 miliar karbon.
Dari data tersebut, total emisi karbon yang mampu diserap Indonesia kurang lebih sebesar 113,18 gigaton. Mengacu pada harga kredit karbon senilai US$5 di pasar karbon, maka potensi pendapatan Indonesia bisa mencapai US$565,9 miliar atau sekitar Rp8.000 triliun.