Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Diperkirakan Melemah Hari Ini, Dihantui Momok Resesi Ekonomi

Bursa Asia diperkirakan melemah setelah kontrak berjangka indeksbursa Jepang, Australia, dan Hong Kong kompak melemah pagi ini.
Bursa Asia diperkirakan melemah setelah kontrak berjangka indeksbursa Jepang, Australia, dan Hong Kong kompak melemah pagi ini./ Bloomberg.
Bursa Asia diperkirakan melemah setelah kontrak berjangka indeksbursa Jepang, Australia, dan Hong Kong kompak melemah pagi ini./ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia Pasifik diperkirakan melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (29/6/2022), di tengah kekhawatiran terhadap prospek ekonomi yang suram dan resesi.

Dilansir Bloomberg, indeks berjangka bursa Jepang, Australia, dan Hong Kong kompak melemah pagi ini. Sementara itu, kontrak berjangka AS cenderung stabil setelah bursa Wall Street anjlok terseret saham-saham teknologi pada perdagangan Selasa (28/6).

Menguapnya kepercayaan konsumen AS menyebarkan kegelisahan di sesi AS, mendorong indeks dolar AS naik paling tinggi dalam lebih dari sepekan terakhir dan membuat imbal hasil obligasi AS Treasury melemah.

Indeks Kepercayaan Konsumen dari Conference Board yang dirilis Selasa turun menjadi 98,7 dari data revisi bulan Mei sebesar 103,2. Angka ini lebih rendah dari perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom sebesar 100.

Kekhawatiran terhadap resesi membayangi langkah mengejutkan China pada Selasa untuk mengurangi waktu karantina bagi pelancong yang datang. Langkah tersebut telah mengangkat ekspektasi pasar dengan harapan bahwa melonggarnya strategi China dalam mencegah penyebaran Covid-19 dapat memacu perekonomian.

Investor terliha skeptis bahwa Federal Reserve dapat menghindari resesi ekonomi di tengah kenaikan suku bunga yang tajam untuk menekan tekanan harga.

Analis makro State Street Corp. Emily Weis mengatakan the Fed masih percaya bahwa mereka dapat menahan laju tekanan ekonomi meskipun dengan menaikkan suku bunga acuan.

“Kami masih tidak yakin mereka akan mampu melakukannya. Itulah yang tercermin di pasar selama sebulan terakhir,” ungkap Weis seperti dikutip Bloomberg, Rabu (29/6/2022).

Weis menambahkan, di China, langkah pemerintah untuk mengurangi karantina bagi pelancong yang datang mendorong reli di pasar saham. Namun, kebijakan nol Covid masih mengakar dengan baik, yang kemungkinan akan menyebabkan gangguan pembukaan kembali di kemudian hari.

Pejabat Federal Reserve pada Selasa menjanjikan kenaikan suku bunga cepat lebih lanjut untuk menurunkan inflasi yang tinggi, tetapi mendorong kembali meningkatnya kekhawatiran di kalangan investor dan ekonom bahwa biaya pinjaman yang lebih tinggi akan memicu resesi.

Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan banyak yang khawatir bahwa bank sentral bertindak terlalu agresif dan mungkin mendorong ekonomi ke dalam resesi.

"Saya sendiri khawatir jika tidak terkendali, inflasi akan menjadi kendala dan ancaman utama bagi ekonomi AS dan ekspansi yang berkelanjutan," ungkapnya.

Di Eropa, Presiden bank sentral Christine Lagarde menegaskan rencana menaikkan suku bunga acuan awal pada Juli. Namun, ia mengatakan bank sentral siap untuk bertindak guna mengatasi lonjakan inflasi jika diperlukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper