Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang yen Jepang anjlok ke level terendah dalam 24 tahun terakhir pada perdagangan Senin (13/6/2022) setelah bank sentral Jepang mempertahankan kebijakan moneter yang longgar, berlawanan dengan tren kenaikan suku bunga bank-bank sentral negara maju lainnya.
Dilansir Bloomberg, nilai tukar yen terhadap dolar AS terpantau melemah 0,28 persen ke level 134,79 yen per dolar AS pada pukul 13.08 WIB. Yen sempat anjlok lebih dari 0,5 persen menjadi 135,19 per dolar, level terendah sejak Oktober 1998, karena imbal hasil Treasury AS melanjutkan kenaikan yang didorong oleh lonjakan inflasi AS.
Yen telah anjlok hampir 15 persen tahun ini, sekaligus menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk setelah Bank of Japan mempertahankan suku bunga untuk meningkatkan ekonomi yang lesu, sementara imbal hasil AS melonjak di tengah ekspektasi untuk pengetatan kebijakan Federal Reserve yang berkelanjutan.
Inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraaan menambah tekanan pada The Fed untuk mengintensifkan pengetatan moneter, sehingga mendorong dolar AS.
Sebelumnya, pejabat senior Jepang menyampaikan peringatan terhadap penurunan yen. Mereka menyatakan kekhawatiran dalam pernyataan tertulis untuk pertama kalinya, di tengah upaya menjaga yen tidak jatuh terlalu dalam.
Pelemahan yen diperkirakan akan berdampak beragam pada ekonomi Jepang, termasuk menekan anggaran rumah tangga. Di sisi lian, pelemahan yen memberikan dorongan ekspor, yang dapat memberikan tekanan tekanan pada negara lain di Asia.
Baca Juga
“Sementara otoritas Jepang telah meningkatkan peringatan, hanya ada sedikit jalan kebijakan yang tersedia untuk menghentikan momentum ini,” kata manajer produk mata uang Aozora Bank Akira Moroga, seperti dikutip Bloomberg, Senin (13/6/2022).
Survei ekonom Bloomberg menunjukkan BOJ tidak mungkin untuk menyesuaikan kebijakan sampai yen menembus level 140 terhadap dolar.
Yen juga telah tertekan lebih rendah dibandingkan mata uang utama lainnya. Sebelumnya, yen merosot ke level terendah tujuh tahun terhadap euro dan dolar Australia awal bulan ini setelah kenaikan suku bunga Reserve Bank of Australia yang lebih besar dari perkiraan dan rencana dari Bank Sentral Eropa untuk memulai pengetatan moneter.
Direktur eksekutif departemen valas Credit Agricole CIB Yuji Saito mengatkaan laporan tengah tahunan Departemen Keuangan AS mengenai valas yang dirilis Jumat diperkirakan telah menambah tekanan jual yen. Laporan ini menunjukkan intervensi mata uang hanya boleh dilakukan untuk keadaan luar biasa dengan konsultasi sebelumnya.
"Pada dasarnya (laporan tersebut) menolak intervensi Jepang akibat pelemahan yen yang akibat melebarnya perbedaan suku bunga karena Jepang mengejar kebijakan moneter yang mudah atas keputusannya sendiri. Tren naik dolar-yen tidak mungkin berhenti sampai ekonomi AS melambat atau inflasi mencapai puncaknya,” pungkasnya.