Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Naik Didorong Data Cadev, Saham BMRI-BBCA Jadi Favorit Asing

IHSG ditutup naik seiring dengan positifnya data cadangan devisa dan meningkatnya bursa global.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil menguat di tengah dorongan sentimen positif pada perdagangan Rabu (8/6/2022). Dari sisi internal, pelaku pasar memantau data cadangan devisa, sedangkan dari sisi eksternal IHSG terdorong bursa global.

IHSG naik 0,73 persen atau 52,27 poin menjadi 7.193,31. IHSG sempat menembus level 7.200, tepatnya 7.220,08, setelah sempat terjerembab ke 7.012,96..

Terpantau 235 saham menguat, 296 saham melemah, dan 162 saham stagnan. Investor asing cenderung masuk dengan net buy Rp508,89 miliar jelang penutupan.

Saham bank jumbo, Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BCA (BBCA) menjadi yang paling banyak diborong investor asing dengan net buy masing-masing Rp307,3 miliar dan Rp246,7 miliar. Saham BMRI naik 1,2 persen ke Rp8.400, dan saham BBCA naik 3,05 persen ke Rp7.600.

Di sisi lain, saham GOTO mencatatkan transaksi paling besar Rp2,4 triliun. Saham GOTO yang resmi masuk Indeks LQ45, IDX30, dan IDX80 pada hari ini menguat 3,85 persen ke Rp378.

Analis OCBC Sekuritas Hendry Andrean menyampaikan pergerakan positif IHSG kali ini juga sejalan dengan bursa regional Asia lainnya yang juga terlihat bergerak dalam tren menguat setelah bank sentral India menaikkan suku bunga acuannya sesuai dengan ekspektasi pasar yaitu dengan 50 bsp. 

Dari sisi domestik, katalis positif IHSG kali ini tampaknya dipengaruhi oleh kabar cadangan devisa bulan Mei 2022 yang hanya turun tipis yaitu dari US$135,7 miliar di bulan April menjadi US$135,6 miliar.

"Hal ini berhasil menghapus kekhawatiran akan posisi cadangan devisa yang berpotensi tergerus lebih dalam," jelasnya dalam publikasi riset siang ini.

Kekhawatiran tersebut timbul karena pada bulan lalu Presiden Jokowi melarang ekspor CPO dan produk turunannya. Komoditas tersebut merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper