Bisnis.com, JAKARTA – Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan saham yang dipilih dari beberapa sektor, salah satunya dengan pertimbangan akumulasi return 85,9 persen.
Head of Investment Research Strategist Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya memaparkan, per 7 Juni 2022 saham pilihan broker tersebut menghasilkan akumulasi return yang mengungguli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 74,2 persen sejak dimulainya laporan stock picks bulanan pada Agustus 2019.
“Oleh karena itu, top picks kami mengungguli IHSG sebesar 74,2 persen,” ujar Hariyanto dalam risetnya, Rabu (8/6/2022).
Beberapa saham pilihan Mirae Asset antaralain di sektor tambang batu bara, jasa pertambangan, shipping, otomotif, dan non-cyclical consumer.
Sederet saham teratas tersebut yaitu Grup Astra, ASII dan AUTO, perusahaan tambang ITMG, PTBA, dan ADRO, perusahaan alat berat UNTR, perusahaan konsumer Grup Salim INDF, dan dan emiten perkapalan SMDR.
Pada akhir perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (8/6/2022) saham ASII, AUTO, UNTR, INDF dan SMDR terpantau parkir di zona hijau dengan peningkatan berkisar 0,26 persen hingga 1,39 persen, sedangkan ITMG, PTBA, dan ADRO terpantau berada di zona merah dengan koreksi 0,82 persen hingga 2,74 persen.
Baca Juga
Nilai kapitalisasi pasar kedelapan saham pilihan itu berkisar antara Rp12,51 triliun hingga Rp293,51 triliun.
ASII tercatat dibeli asing senilai Rp11,7 miliar, sedangkan INDF dan UNTR juga diborong investor luar masing-masing Rp5,3 miliar dan Rp4,6 miliar.
Hariyanto menambahkan, kegiatan perekonomian saat ini lebih tinggi karena Indonesia berada dalam masa transisi menuju berakhirnya pandemi.
“Saat ini hampir seluruh provinsi di Indonesia berada di bawah level 1 pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM),” imbuhnya.
Bulan lalu, hampir separuh kota atau kabupaten berada di bawah PPKM level 1, sementara separuh lainnya sebagian besar berada di level 2.
Kondisi rupiah saat ini cukup stabil, menurut Hariyanto, didukung oleh surplus perdagangan yang berkelanjutan dan cadangan devisa yang relatif tangguh.
Pertumbuhan pendapatan pada kuartal I/2022 cukup kuat, mengingat laba bersih agregat LQ45 tumbuh signifikan sebesar 85 persen secara tahunan, atau 27 persen secara kuartalan.
Selain itu, fundamental Indonesia juga dinilai cukup kuat di tengah ketakutan pasar bearish di Amerika Serikat menyusul inflasi yang melonjak.
“Amerika Serikat mendekati bearish market yang didorong oleh meningkatnya kekhawatiran resesi dan kenaikan suku bunga Fed yang agresif,” pungkas Hariyanto.
Senada, Research Analyst BNI Sekuritas Maxi Leisyaputra dalam riset hariannya mengatakan, penguatan bursa didukung oleh penurunan yield treasury 10 tahun AS yang kembali berada di bawah 3 persen, selain kenaikan harga minyak yang menguatkan sektor energi.
“Salah satu sektor yang mengalami penguatan adalah sektor energi seiring dengan kenaikan harga minyak yang hampir mencapai US$120 per barel,” ujar Maxi.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.