Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Rp14.457, Mulai Kehabisan Tenaga?

Rupiah spot berada di level Rp 14.457 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan Senin (6/6), melemah 0,17 persen dibandingkan dengan penutupan Jumat (3/6)
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada awal perdagangan hari ini, Senin (6/6/2022).

Mengutip data Bloomberg, rupiah di pasar spot berada di level Rp 14.457 per dolar Amerika Serikat (AS) pada awal perdagangan, melemah 0,17 persen dibandingkan dengan penutupan Jumat (3/6) di Rp 14.433 per dolar AS.

Sedangkan indeks dolar AS pada pagi ini melemah tipis 0,18 poin atau 0,02 persen ke level 102,145.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dalam risetnya, pada Senin (6/6/2022), mata uang rupiah diperkirakan akan dibuka fluktuatif, namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp14.410-Rp14.460 per dolar AS.

Sementara itu, dolar AS jatuh pada perdagangan pekan lalu akibat sentimen risiko yang membuat para investor cenderung meraih mata uang dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Presiden AS Joe Biden optimistis perekonomian negeri Paman Sam tersebut akan membaik di tengah kenaikan harga makanan dan bahan bakar.

Perekonomian AS dinilai akan membaik karena kebijakan The Fed menaikkan suku bunga untuk menjinakkan tingkat inflasi.

Mengutip Bloomberg, imbal hasil obligasi pemerintah AS menahan kenaikan setelah data perekrutan tenaga kerjas AS pada Mei 2022 melampaui ekspektasi. Fokus investor berikutnya adalah indeks harga konsumen Mei 2022 yang dirilis pekan ini untuk mengukur apakah inflasi AS telah mencapai puncaknya.

Investor khawatir bahwa kebijakan Fed yang ketat dapat menjerumuskan ekonomi AS ke dalam resesi. Laporan pekerjaan memadamkan beberapa kekhawatiran bahwa ekonomi melambat terlalu tajam, tetapi juga memperkuat pandangan bahwa Bank Sentral akan terus menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper