Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Reksa Dana Diproyeksi Rebound Bulan Juni

Kinerja reksa dana diproyeksikan rebound pada Juni 2022, namun sentimen The Fed masih jadi perhatian.
ilustrasi investasi reksa dana
ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar reksa dana diyakini akan memasuki fase pemulihan pada Juni 2022 di tengah potensi kenaikan suku bunga global.

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Surya Putra menuturkan bulan Juni akan menjadi momen yang perlu diperhatikan secara cermat oleh investor. Hal tersebut khususnya terkait sikap The Fed yang berusaha untuk mengontrol tingkat inflasi tanpa menyebabkan resesi ekonomi dan memicu kenaikan angka pengangguran.

Ia memaparkan, program quantitative tightening sudah mulai dijalankan dengan kenaikan suku bunga The Fed. Dengan situasi perkembangan kondisi perekonomian yang kompleks, sejumlah pelaku pasar memprediksi The Fed akan menghentikan sementara kebijakan pengetatan di bulan September jika kondisi ekonomi kurang membaik.

“Hal ini tentunya dapat menjadi katalis positif di pasar, khususnya di pasar obligasi dan juga secara tidak langsung akan mempengaruhi pasar saham,” katanya saat dihubungi, Rabu (1/6/2022).

Dengan adanya sentimen-sentimen tersebut, Guntur melihat adanya perbaikan kinerja reksa dana berbasis obligasi. Sementara itu, performa positif akan berlanjut pada reksa dana berbasis saham dan juga pasar uang.

Meski demikian, ia menambahkan pertumbuhan kinerja ini akan dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurutnya, kinerja reksa dana akan bergantung pada komposisi masing-masing aset dasar di sebuah produk serta kebijakan strategi investasi masing-masing manajer investasi.

Sementara itu, riset dari Infovesta Utama menyebutkan, ke depannya pelaku pasar akan lebih mewaspadai kondisi pasar global karena ancaman inflasi, suku bunga tinggi dan risiko perlambatan ekonomi akan terjadi dalam waktu yang bersamaan.

“Oleh karena itu, investor dapat mempertimbangkan untuk profit taking ditengah pasar yang fluktuatif atau wait & see sambil terus memantau perkembangan isu dan sentimen di pasar,” jelasnya.

Sementara itu, pasar obligasi juga memberikan respon positif terhadap rilis data ekonomi Indonesia dan respon kebijakan Bank Indonesia terhadap kebijakan suku bunga.

Di samping itu, prospek minat investor asing terhadap global bond Indonesia memberikan respon yang positif terhadap pasar. Hal ini dipengaruhi perbaikan data ekonomi sehingga outlook sovereign rating Indonesia menjadi stable dari sebelumnya negatif di tengah kondisi volatilitas pada pasar global.

Meski demikian, rencana kenaikan suku bunga The Fed yang agresif masih membayangi pasar obligasi hingga kuartal II/2022. Oleh karena itu, investor yang ingin berinvestasi pada pasar obligasi sebaiknya memilih investasi SBN yang memberikan imbal hasil yang sesuai dengan target jangka panjang.

Infovesta memprediksi dalam jangka pendek, reksa dana pendapatan tetap, campuran dan saham masih berpotensi untuk bergerak fluktuatif. Seiring dengan hal tersebut, investor dapat memanfaatkan reksa dana pasar uang yang lebih stabil dan justru berpotensi diuntungkan dengan kenaikan suku bunga.

“Untuk investor yang ingin tetap mencari peluang melalui jenis selain pasar uang, dapat mempertimbangkan dolar cost averaging (strategi investasi secara rutin di setiap periode) untuk meminimalisir risiko berinvestasi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper