Bisnis.com, JAKARTA – Kelanjutan pemulihan ekonomi di Indonesia akan menjadi katalis positif untuk reksa dana berbasis saham. Investor dapat memanfaatkan momentum ini untuk masuk ke instrumen tersebut.
Investment Director Schroders Indonesia Irwanti memaparkan, kinerja reksa dana sepanjang Juni 2022 salah satunya akan dipengaruhi oleh sentimen makro seperti laju inflasi di AS dan Indonesia yang akan menjadi sorotan investor. Posisi asing yang belum kembali agresif masuk Indonesia dapat memberikan upside ke pasar saham.
“Namun sentimen asing masih sangat tergantung dengan keadaan makro global,” jelasnya.
Di sisi lain, ia melihat Indonesia menjadi salah satu pasar yang diuntungkan dari tren kenaikan harga komoditas. Indonesia juga didukung oleh perekonomiannya yang ditopang oleh permintaan domestik dan masih dalam fase pemulihan, sehingga masih menjadi menarik di mata asing.
“Investor perlu melihat risiko yang terutama berasal kebijakan moneter reversal oleh bank-bank sentral dunia, ancaman inflasi dan risiko geopolitik antara Rusia-Ukraina,” lanjutnya.
Adapun, untuk bulan ini, Schroders memperkirakan kelas aset saham masih akan memberikan potensi kinerja yang lebih baik dibandingkan kelas aset pendapatan tetap. Pasar obligasi masih tertekan oleh kebijakan pengetatan suku bunga yang dilakukan oleh bank-bank sentral dunia guna memerangi kenaikan inflasi.
Senada, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menambahkan, reksa dana berbasis obligasi saat ini masih tertekan oleh proyeksi kenaikan suku bunga. Sementara, minat investor terhadap reksa dana terhadap pasar uang justru akan meningkat seiring dengan sentimen tersebut.
Adapun, Wawan mengatakan reksa dana saham masih berada dalam fase pemulihan setelah koreksi cukup dalam di awal bulan.
“Tren recovery ini diperkirakan akan terus berlangsung di bulan Juni sehingga reksa dana saham berpotensi menjadi yang terbaik,” katanya.