Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah telah berhasil melakukan transaksi penjualan sukuk global sebesar US$3,25 miliar. Minat investor tercatat sangat positif dan mencatatkan kelebihan penawaran (oversubscribed) hingga 3,3 kali.
Dikutip dari keterangan resmi Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan pada Rabu (25/5/2022), emisi sukuk ini terdiri atas US$1,75 miliar dengan tenor 5 tahun dan US$1,5 miliar dengan tenor 10 tahun (seri Green) yang jatuh tempo pada tahun 2027 dan 2032.
Pemerintah dapat menekan initial price guidance sebesar 35 bps pada tenor 5 tahun dan sebesar 40 bps pada tenor 10 tahun, untuk mengumumkan final price guidance pada 4,40 persen untuk tenor 5 tahun dan 4,70 persen untuk tenor 10 tahun. Sukuk Wakalah diterbitkan pada harga par dengan kupon sebesar 4,40 persen untuk tenor 5 tahun, dan 4,70 persen untuk tenor 10 tahun.
Penerbitan tersebut berjumlah US$3,25 miliar secara total, dan merupakan transaksi Sukuk Global terbesar oleh Pemerintah dalam sejarah, suatu prestasi yang berhasil dicapai di tengah volatilitas intraday.
“Jumlah order book tercatat pada US$10,8 miliar atau kelebihan pemesanan sebesar 3,3 kali transaksi ini,” demikian kutipan keterangan resmi tersebut.
Terkait hal tersebut, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, permintaan yang tinggi terhadap sukuk global salah satunya disebabkan prospek dari proyek bertemakan lingkungan di tengah kenaikan harga energi.
Baca Juga
Di sisi lain, permintaan yang tinggi juga didorong oleh dana yang mengalir ke area timur tengah, sejalan dengan permintaan dan harga minyak global yang tinggi.
Josua melanjutkan, kelebihan dana ini kemudian menjadi salah satu pendorong para pengelola dana untuk melakukan diversifikasi portofolio kepada Sukuk global Indonesia.
"Hal ini terefleksi dari proporsi investor Timur Tengah yang relatif tinggi di kedua produk Sukuk, baik untuk tenor 5 tahun maupun 10 tahun. Proporsi dari investor Timur Tengah hanya lebih rendah dibandingkan dengan investor Asia non-Timur Tengah," jelasnya pada Kamis (25/5/2022).
Secara terpisah, Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie menuturkan, tingginya minat investor terhadap sukuk global dipengaruhi oleh kupon atraktif, dan fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga. Hal tersebut terlihat dari kondisi rating utang optimal di tengah volatilitas global.
Selain itu, adanya seri green sukuk juga menarik minat investor yang memperhatikan terhadap isu-isu lingkungan.
"Green sukuk ini terutama menarik minat investor yang concern terhadap pembangunan keberlanjutan atau isu-isu lingkungan yang tengah meningkat," jelasnya.
Roby menuturkan, prospek minat investor asing terhadap global bond Indonesia ke depannya masih menarik. Menurutnya, surat utang atau sukuk global pemerintah Indonesia masih menarik karena kupon yang ditawarkan akan lebih atraktif dibandingkan emerging market lainnya.
Selain itu, peringkat utang dan outlook yang stabil mengindikasikan risiko yang lebih rendah dan terjaga. Hal tersebut akan meningkatkan keyakinan investor asing untuk masuk ke obligasi atau sukuk global Indonesia.
"Di tengah prospek kenaikan suku bunga global tentunya dapat membuat tingkat kupon obligasi global pemerintah lebih atraktif lagi," pungkasnya.