Bisnis.com, JAKARTA – Investasi berbasis berkelanjutan atau yang dikenal dengan istilah Environmental, Social and Governance (ESG) khususnya di pasar modal dilaporkan terus mengalami pertumbuhan.
Hal ini seiring dengan komitmen pemerintah dalam pembangunan berkelanjutan yang disampaikan melalui seminar yang diselenggarakan oleh Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) secara virtual, Kamis (19/5/2022).
Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal Merangkap Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengungkapkan dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi nasional, OJK juga melakukan penerapan keuangan berkelanjutan.
“Ke depannya diperlukan perubahan pola pikir aktivitas bisnis perusahaan dari bisnis as usual menjadi bisnis yang juga mempertimbangkan faktor ESG seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, bencana alam dan dampak lingkungan lainnya,” ungkap Hoesen dalam seminar yang dilaksanakan IICD, Kamis (19/5/2022).
Hoesen mengungkapkan bahwa OJK telah mengeluarkan roadmap keuangan berkelanjutan tahap 1 dan 2. Di mana mulai tahun 2021 hingga 2025 mendatang dengan salah satu flagship programnya adalah penerbitan Taksonomi Hijau Indonesia (THI).
Di mana program tersebut merupakan sebuah panduan aktivitas ekonomi hijau yang berisikan daftar klasifikasi aktivitas ekonomi yang mendukung upaya perlindungan lingkungan.dan adaptasi perubahan iklim.
Baca Juga
Dia memaparkan pasar modal saat ini telah memiliki empat index berorientasi pada penguatan ESG yang kinerjanya menunjukkan pertumbuhan positif. Kemudian pemerintah juga menerbitkan obligasi bertema ESG pada tahun 2021 dengan total Rp35,2 triliun.
“Perkembangan produk berbasis ESG juga terjadi pada produk investasi lainnya di pasar modal seperti reksa dana dimana terdapat data di OJK per 13 mei 2002 terdapat 25 reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif,” lanjutnya.
Adapun produk reksa dana dengan underlying asset ESG ungkapnya mencatatkan total nilai aktiva bersih sekitar Rp3,5 triliun.
Hoesen menyampaikan bahwa pertumbuhan berbasis ESG ini merupakan dampak dari meningkatnya perhatian investor atas isu-isu ESG sehingga mendorong kebutuhan akan produk atau instrumen investasi yang berkaitan dengan ESG.
Dia juga menekankan pentingnya mengintegrasikan aspek ESG dalam seluruh aktivitas bisnis perusahaan agar bisnis bisa bertahan di masa depan.
“Rencana aksi ini harus segera secara bersama sama, gotong royong tidak hanya oleh pemerintah saja, namun juga harus didukung oleh pelaku sektor keuangan dan seluruh industri yang ada di Indonesia,” katanya.
Kepala Divisi Layanan dan Pengembangan Perusahaan Tercatat (LPP) Bursa Efek Indonesia (BEI) Saptono Adi Junarso di acara yang sama juga menyampaikan bahwa tren investasi ESG di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Pada 2016, BEI mencatat hanya ada 1 produk ESG di pasar modal. Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 2021, tercatat sebanyak 15 produk berbasis ESG di pasar modal.
“Reksadana maupun ETF berbasis ESG tetap mendapat tempat di investor pasar modal di Indonesia,” kata Saptono.
Menurutnya BEI melakukan berbagai upaya untuk penerapan ESG dengan menyediakan infrastruktur baik pasar dan produk, hingga mengedukasi pemangku kepentingan secara rutin dengan menggandeng asosiasi, serta membuka akses informasi baik melalui website dan microsite.
Saptono mengatakan BEI juga melakukan sejumlah inisiatif, diantaranya memberikan insentif dan kerjasama terkait penerbitan greenbonds.
Selain itu dia menyampaikan bahwa BEI juga memonitor laporan perusahaan, terkait tata kelola berkelanjutan.
Sebagai informasi, Institute for Corporate Directorship (IICD) mendorong penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG). “Tata kelola keberlanjutan yang transparan dan mencapai kinerja yang terukur penting diperhatikan oleh setiap pelaku bisnis. Oleh karena itu, setiap perusahaan perlu untuk menerapkan strategi keberlanjutan. Membangun tata kelola berkelanjutan merupakan tugas kita bersama,” kata Chairman Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD), Sigit Pramono.
Penerapan tata kelola keberlanjutan ditujukan untuk menjamin keberlanjutan bisnis dengan memastikan kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku di setiap aspek operasional, menghindari konflik kepentingan dan pelanggaran etika bisnis, kejelasan lingkup pelaporan internal, kejelasan peran, kewenangan dan tanggung jawab dari setiap komponen perusahaan.
Sigit menjelaskan ESG menegaskan pentingnya aspek keberlanjutan pada segala aktivitas bisnis perusahaan. Pentingnya isu-isu ESG dapat digunakan sebagai kriteria dalam mengevaluasi perusahaan. Para investor domestik dan global menggunakan kriteria ESG untuk menghindari investasi berisiko. Sehingga, integrasi ESG dalam operasional dan praktik bisnis adalah jalan yang harus ditempuh. “Jika kita berbicara terkait konsumen, preferensi konsumen terhadap produk dan layanan yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab secara sosial memungkinkan mereka untuk memenangkan kepercayaan pelanggan dan mendapatkan imbal hasil yang keberlanjutan,” kata Sigit.