Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indika Energy (INDY) Mulai Produksi Emas pada 2025

Indika Energy memaparkan pengembangan bisnis tambang emas direalisasikan melalui investasi di PT Masmindo Dwi Area, anak usaha Nusantara Resources Limited (NUS).
Direktur Utama PT Indika Energy Tbk Arsjad Rasyid (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi di sela-sela pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, di  Jakarta, Rabu (4/7/2018)./JIBI-Dedi Gunawan
Direktur Utama PT Indika Energy Tbk Arsjad Rasyid (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi di sela-sela pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, di Jakarta, Rabu (4/7/2018)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — PT Indika Energy Tbk. (INDY) makin gencar melakukan diversifikasi bisnis. Lini bisnis tambang emas dalam proyek Awak Mas diharapkan dapat mulai produksi pada 2025.

Direktur Indika Energy Purbaja Pantja menjelaskan pengembangan bisnis tambang emas direalisasikan melalui investasi di PT Masmindo Dwi Area, anak usaha Nusantara Resources Limited (NUS) pemegang Kontrak karya dan pengelola tambang emas di proyek Awak Mas di Luwu, Sulawesi Selatan. Sebelum akuisisi, INDY melalui anak usahanya Indika Mineral telah memiliki sekitar 28 persen saham NUS.

“Investasi kita di perusahaan ini sudah kita lakukan sejak akhir 2018 dan secara bertahap kepemilikan kita sudah 100 persen dengan terakhir melakukan akuisisi sebesar US$ 42,8 juta dengan tambahan 72 persen saham di Masmindo, baik secara langsung dan tidak langsung,” kata Purbaja dalam paparan publik, Jumat (20/5/2022).

Untuk status proyek, tahap front end energy design (FEE) telah diselesaikan pada April 2022 dan proyek konstruksi tambang diharapkan bisa dimulai pada Januari 2023 dan produksi pada 2025.

Selain bisnis tambang emas, Indika Energy juga merambah perdagangan nikel dengan melakukan akuisisi PT Rockgeo Energi Nusantara pada 2021 lalu. Volume nikel yang diperdagangkan pada kuartal I/2022 sendiri mencapai 17.000 wet metric ton (WMT).

Meski perusahaan terus mengupayakan diversifikasi bisnis selain pertambangan dan perdagangan batu bara, kontribusi emas hitam sepanjang kuartal I/2022 dari total pendapatan US$830,8 juta mencapai 88,6 persen. Di sisi lain, bisnis non-batu bara baru menyumbang 11,4 persen.

Tingginya kontribusi batu bara saat ini dibandingkan dengan target penurunan menjadi 50 persen pada 2025 tidak terlepas dari kenaikan signifikan harga komoditas tersebut.

Volume penjualan batu bara melalui anak usaha PT Kideco Jaya Agung (Kideco) dan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) tercatat turun masing-masing sebesar 13,1 persen dan 19,6 persen YoY. Meski demikian, harga jual rata-rata selama Januari—Maret 2022 tercatat naik 56,6 persen YoY untuk Kideco dan 138,1 persen untuk MUTU.

Untuk 2022, produksi batu bara Kideco diproyeksi mencapai 34 juta ton dengan harga Newcastle Benchmark diperkirakan di Angka US$103,5 per ton. Sementara itu, produksi batu bara MUTU diperkirakan berjumlah 1,8 juta ton pada 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper