Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah kondisi pasar obligasi yang volatil beberapa waktu ini pasca kenaikan suku bunga oleh The Fed yang berimbas pada pelemahan yield atau imbal hasil surat berharga negara (SBN), pemerintah mengaku optimis dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan melalui penerbitan surat utang.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menyampaikan bahwa ketidakpastian global dan peningkatan US Treasury tentu berdampak pada peningkatan imbal hasil SBN serta permintaan terhadap SBN di Indonesia.
Namun terlepas dari hal tersebut, Luky mengaku optimis bisa memenuhi kebutuhan pembiayaan melalui penerbitan surat utang di tahun ini.
“Di tahun 2022, pemerintah optimis dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan melalui utang,” ungkap Luky kepada Bisnis, Selasa (17/5/2022).
Hal tersebut, ungkapnya didukung oleh potensi peningkatan pendapatan negara sebagai dampak dari kenaikan harga komoditas serta implementasi UU HPP, sehingga dengan demikian dapat menurunkan target pembiayaan utang.
Dia pun melanjutkan, sebagai langkah mitigasinya pemerintah telah melakukan beberapa hal diantaranya berupaya untuk mengembangkan pasar SBN domestik secara konsisten.
Baca Juga
Kemudian berkoordinasi dengan Bank Indonesia melalui skema SKB I dan SKB III, serta mengoptimalkan penarikan pinjaman program.
Pemerintah ungkapnya tetap memiliki fleksibilitas. Di mana pemerintah dapat menyesuaikan bauran dan komposisi pembiayaan utang melalui penerbitan SBN dan penarikan pinjaman program untuk memperoleh biaya dan risiko yang minimal.
“Selain itu, SBN Indonesia diperkirakan masih menarik bagi investor asing, mengingat kondisi perekonomian domestik relatif stabil dengan tren semakin membaik,” ujar Luky.
Disamping itu, Luki memperkirakan imbal hasil SUN masih dapat menjadi daya tarik bagi investor serta didukung oleh likuiditas domestik masih cukup ample.
Berdasarkan data dari World Government Bonds pada Selasa (17/5/2022) mencatat, tingkat imbal hasil SUN Indonesia melemah hingga terjadi peningkatan ke level 7,49 persen. Di mana selama sebulan terakhir, yield SUN Indonesia telah melemah sebesar 46,6 basis poin.