Bisnis.com – Harga emas berjangka melemah tajam pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB karena inflasi yang terus memanas mendorong dolar AS lebih kuat mendekati level tertinggi dua dekade dan menekan daya tarik logam mulia.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, anjlok 29,10 dolar AS atau 1,57 persen menjadi ditutup pada 1.824,60 dolar AS per ounce. Berbalik melemah dari kenaikan sehari sebelumnya dan merupakan penyelesaian terendah sejak 7 Februari 2022.
Emas berjangka terangkat 12,7 dolar AS atau 0,69 persen menjadi 1.853,70 dolar AS pada Rabu (11/5/2022), setelah tergelincir 17,6 dolar AS atau 0,95 persen menjadi 1.841,00 dolar AS pada Selasa (10/5/2022), dan terpuruk 24,2 dolar AS atau 1,29 persen menjadi 1.858,60 dolar AS pada Senin (9/5/2022).
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (12/5/2022) bahwa indeks harga produsen AS, ukuran inflasi sebelum mencapai konsumen, naik 11 persen tahun ke tahun dan 0,5 persen bulan ke bulan pada April, turun dari masing-masing 11,5 persen dan 1,6 persen pada Maret.
Departemen juga melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS meningkat 1.000 menjadi 203.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 7 Mei, level tertinggi sejak pertengahan Februari.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama rivalnya, naik 0,9 persen, mendekati level tertinggi 20 tahun. Dolar yang kuat dipandang sebagai negatif untuk komoditas yang dihargai dalam unit tersebut, karena membuatnya lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya.
"Anda sekarang melihat perdagangan emas di dekat level teknis yang berbahaya," kata Edward Moya, analis senior di Oanda.
Berdasarkan informasi dari Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga dasar emas 24 karat ukuran 1 gram dijual senilai Rp969.000 turun Rp6.000 dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, Kamis (12/5/2022).