Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menawarkan obligasi korporasi berwawasan lingkungan (green bond) sebanyak-banyaknya Rp5 triliun. Lantas apakah green bond masih menarik?
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai green bond saat ini masih cukup menarik khususnya bagi investor institusional.
Dia mengatakan keunggulan green bond terdapat pada persepsi risiko kredit yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obligasi konvensional.
“Dengan risiko lingkungan yang bisa dimitigasi maka perusahaan penerbit green bond mendapat persepsi yang lebih baik dibanding peers,” kata Bhima, Rabu (11/5).
Selain itu, lanjutnya, dari segi citra juga bisa menambah nilai bagi perusahaan dan investor.
Bhima mengatakan investor juga makin perhatian terhadap isu-isu terkait tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (ESG standard) sebelum memutuskan membeli aset keuangan.
Baca Juga
“Green bond yang makin dominan dalam portofolio pembiayaan akan menjadikan kepercayaan investor makin meningkat,” kata Bhima.
Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyampaikan dana penawaran umum Green Bond akan digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek kategori Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL).
Perusahaan berkode saham BBNI itu tengah memperkuat komitmen di segmen green banking dengan menawarkan obligasi korporasi berwawasan lingkungan (green bond) sebanyak-banyaknya Rp5 triliun.
Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati mengatakan green banking merupakan salah satu sektor yang masuk dalam kategori sangat strategis bagi BNI.
Selain karena manfaatnya yang sangat tinggi terhadap kestabilan dan keberlanjutan ekonomi jangka panjang, perseroan memiliki banyak nasabah, debitur, serta mitra yang dapat diajak untuk bersama-sama mendorong terwujudnya green ekonomi di Indonesia.
“Tentunya seluruh Penawaran Umum Green Bond ini akan kami gunakan untuk pembiayaan maupun pembiayaan kembali proyek-proyek dalam kategori KUBL,” kata Susi dalam siaran pers, Rabu (11/5).
Adapun proyek-proyek yang termasuk dalam kategori KUBL antara lain proyek-proyek yang berkaitan dengan energi terbarukan, efisiensi energi, pengolahan sampah menjadi energi dan manajemen limbah, penggunaan sumber daya alam dan penggunaan tanah yang berkelanjutan/
Selain itu, ada juga proyek konservasi keanekaragaman hayati darat dan air, transportasi ramah lingkungan, pengelolaan air dan air limbah yang berkelanjutan, adaptasi perubahan iklim, gedung berwawasan lingkungan, serta pertanian berkelanjutan.
Sekadar informasi, pada kuartal I/2022 portofolio hijau BNI mencapai Rp170,5 triliun. Nilai ini mengambil porsi 28,9 persen dari total portofolio kredit BNI.
Pembiayaan hijau ini utamanya diberikan untuk kebutuhan pengembangan ekonomi sosial masyarakat melalui pembiayaan UMKM dengan total portofolio mencapai Rp115,2 triliun.
Selebihnya digunakan untuk kebutuhan pembangunan ekosistem lingkungan hijau, energi baru terbarukan sebesar Rp10,3 triliun, serta pengelolaan polusi sebesar Rp6,8 triliun, serta pengelolaan air dan limbah sebesar Rp23,3 triliun.