Bisnis.com, JAKARTA - Emas kembali merosot pada akhir perdagangan Rabu (11/5/2022) pagi waktu Jakarta, setelah dolar AS mencapai level tertinggi baru 20 tahun karena sentimen penghindaran risiko yang sebagian berasal dari kekhawatiran atas kemampuan Federal Reserve (Fed) untuk memerangi inflasi yang tinggi mendorong daya tarik safe-haven greenback.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, tergelincir US$17,6 atau 0,95 persen, menjadi ditutup pada US$1.841,00 per ounce.
Sehari sebelumnya, Selasa (10/5/2022), harga emas berjangka anjlok US$24,2 atau 1,29 persen menjadi US$1.858,60, setelah meningkat US$7,1 atau 0,38 persen menjadi US$1.882,80 pada Jumat (6/5/2022), dan terdongkrak US$6,9 atau 0,37 persen menjadi US$1.875,70 pada Kamis (5/5/2022).
Di sisi lain, indeks dolar AS telah melonjak ke level tertinggi dalam dua dekade. Kegelisahan pasar tentang potensi perlambatan ekonomi AS telah menambah kekuatan dolar sebagai tempat yang aman.
Dolar telah meningkat selama lima minggu berturut-turut karena imbal hasil obligasi pemerintah AS telah naik di tengah ekspektasi The Fed akan agresif dalam mencoba menekan lonjakan inflasi.
Adapun, indeks optimisme Federasi Nasional Bisnis Independen yang dirilis pada Selasa (10/5/2022) berdiri di 93,2 pada April, level terendah sejak April 2020, memberi emas beberapa dukungan.
Baca Juga
Harga logam mulia selain emas, perak untuk pengiriman Juli turun 39,6 sen atau 1,81 persen, menjadi ditutup pada US$21,424 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik US$8,7 atau 0,93 persen, menjadi ditutup pada US$947,2 per ounce.