Bisnis.com, JAKARTA — PT ABM Investama Tbk. (ABMM) mengalokasikan US$200 juta atau sekitar Rp2,90 triliun (kurs Jisdor Bank Indonesia 11 Mei 2022 Rp14.546 per dolar AS) untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengatakan perseroan akan memakai alokasi capex untuk pengadaan alat berat dan peralatan pendukung operasional lainnya.
Dia menyebutkan pengadaan alat berat untuk pertambangan batu bara menjadi penting mengingat kebutuhan komoditas ini diperkirakan tetap tinggi, seiring dengan berlanjutnya konflik geopolitik di Eropa yang berdampak pada pasokan komoditas energi.
Berkurangnya pasokan gas dari Rusia ke negara-negara Eropa, serta pasokan batu bara dari Ukraina telah membuat pasokan batu bara ke Benua Biru beralih ke negara produsen alternatif. Hal ini turut memicu kenaikan harga batu bara dan membuat aktivitas pertambangan turut meningkat untuk memenuhi naiknya permintaan.
“Akibatnya ke kita adalah adanya shortage alat-alat berat karena banyak negara produsen akan fokus meningkatkan produksi. Untuk jumlah alat yang akan kami beli, sekitar ratusan. Namun tidak mudah memperoleh alat saat ini karena kebutuhan secara global naik, akibatnya kami harus antre. Di sisi lain masih ada gangguan logistik. Kinerja kami akan sangat tergantung pada ketersediaan alat berat,” katanya dalam paparan publik, Rabu (11/5/2022).
Tambahan alat berat diharapkan dapat mendukung operasional perusahaan, termasuk jasa kontraktor tambang. Adrian mengatakan perusahaan menargetkan volume pemindahan lapisan atau overburden pada 2022 meningkat 20 persen menjadi sekitar 214,27 juta bcm, dari 178,56 juta bcm pada 2021.
Baca Juga
Perusahaan juga membuka peluang untuk pembelian tambang baru. Namun, Adrian belum bisa mengestimasi nilai capex untuk aksi tersebut mengingat perusahaan belum mengunci kesepakatan pembelian.
“Untuk pembelian tambang baru capex-nya di luar dari US$200 juta. Jumlahnya akan sangat tergantung pada cadangan yang kami peroleh. Sejauh ini ada 5 pihak sedang dalam tahap negosiasi [untuk pembelian]. Mudah-mudahan kami dapat mengeksekusi tambang baru dalam waktu dekat,” tambahnya.
Rencana akuisisi tambang baru sendiri telah bergulir sejak 2015. Adrian menyebutkan tambahan tambang baru diperlukan untuk menjaga cadangan batu bara perusahaan, tetapi fluktuasi harga dalam 2 tahun terakhir membuat akuisisi belum mencapai tahap final.
Melalui holding company Reswara, ABMM sejauh ini mengoperasikan Reswara tiga tambang yang berlokasi di Kalimantan Selatan dan Aceh. Per akhir 2021, total cadangan batubara yang dimiliki oleh ketiganya adalah sebesar 204,78 juta ton