Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksa dana sepanjang April 2022 disebabkan oleh kinerja positif pasar modal Indonesia yang memicu aksi profit taking investor.
Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Surya Putra mengatakan penurunan dana kelolaan pada April 2022 sebenarnya tidak begitu signifikan. Menurutnya, penurunan ini disebabkan oleh beragam faktor serta sentimen.
“Apalagi, selama bulan April kondisi pasar, terutama di saham juga secara kinerja cukup baik,” katanya saat dihubungi, Selasa (10/5/2022).
Guntur memaparkan, penurunan dana kelolaan utamanya disebabkan oleh investor yang melakukan redemption dan profit taking. Hal tersebut mengingat kinerja positif pasar saham yang menguat cukup tinggi.
Selain itu, kenaikan kinerja ini juga berimbas pada sikap investor. Menurut Guntur, kenaikan ini membuat investor cenderung menunggu momentum yang lebih baik untuk kembali masuk ke pasar.
Guntur melanjutkan, prospek pertumbuhan dana kelolaan reksa dana masih cukup baik ke depannya. Ia mengakui selama 2 hari belakangan kondisi pasar mengalami volatilitas yang cukup tinggi akibat sentimen kenaikan inflasi yang cukup tinggi serta potensi untuk resesi.
Baca Juga
Di sisi lain, pihaknya melihat secara jangka panjang prospek masih cukup baik dan secara aset kelas juga cukup bervariasi.
“Jadi investor bisa berinvestasi sesuai dengan aspek risiko, tujuan investasi, serta jangka waktu yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing,” lanjutnya.
Guna meningkatkan dana kelolaannya, Guntur mengatakan Pinnacle akan fokus untuk memperlebar jalur distribusi dari investor retail, terutama melalui platform digital. Selain itu, Pinnacle juga saat fokus terhadap produk-produk unggulan yang dimiliki, khususnya di ETF dan strategi investasi yang inovatif serta konsisten.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dikutip pada Selasa (10/5/2022), dana kelolaan reksa dana produk reksa dana secara industri per 28 April 2022 ada di posisi Rp566,43 triliun.
Realisasi tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan dengan catatan per akhir Januari 2022 sebanyak Rp568,19 triliun.