Bisnis.com, JAKARTA – Ada dua alasan sejumlah instrumen obligasi fixed rate (FR) yang diterbitkan pemerintah bisa menarik perhatian investor pada perdagangan Selasa (10/5/2022).
Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas Amir Dalimunthe mengatakan, rekomendasi sejumlah seri FR antara lain mempertimbangkan kondisi pasar saat ini.
“Sejumlah seri FR diperkirakan menarik perhatian investor pada perdagangan hari ini dipengaruhi oleh sentimen dalam negeri maupun luar negeri,” jelas Amir dalam risetnya, Selasa (10/5/2022).
Salah satu faktornya yakni valuasi yield curve. Amir mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen year-on-year (yoy) pada kuartal I/2022.
BPS juga mencatat data inflasi April yang mencerminkan inflasi bulanan sebesar 0,95 persen, jumlah ini merupakan yang tertinggi sejak Januari 2017.
“Secara year-on-year, tingkat inflasi April mencapai 3,47 persen, masih di dalam batas target inflasi Bank Indonesia untuk tahun ini di kisaran 2 persen hingga 4 persen,” imbuhnya.
Baca Juga
Adapun seri FR yang diperkirakan menarik perhatian investor yaitu seri FR0070, FR0077, FR0081, FR0040, FR0084, FR0086, FR0090, FR0059, FR0091, FR0068, FR0072, FR0050, FR0079, dan FR0092.
Sementara itu, menilik yield curve US Treasury (UST) menunjukkan pergeseran ke bawah dibandingkan Jumat lalu. Yield UST 2 tahun mencatatkan penurunan 14 bps ke level 2,60 persen sementara yield UST 10 tahun mencatatkan penurunan 9 bps ke level 3,04 persen.
Pergerakan yield UST dengan volatilitas tinggi seiring dengan ekspektasi tingkat suku bunga yang lebih tinggi, serta rencana normalisasi likuiditas The Fed. Ekspektasi tersebut diikuti oleh penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia secara umum.
Amir menyampaikan, risk-averseness investor juga kembali meningkat, seiring dengan CDS 5 tahun Indonesia yang mencatatkan peningkatan 24 bp ke level 131 bp, tertinggi sejak Juni 2020.
Sebagai informasi, yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) mengalami peningkatan 29 bp ke level 7,28 persen. Level tersebut berada diatas estimasi BNI Sekuritas minggu ini, yakni di kisaran 6,92 persen sampai dengan 7,13 persen.
“Hal ini mengindikasikan bahwa yield obligasi pemerintah mungkin telah memasuki entry point yang atraktif,” tutup Amir.