Bisnis.com, JAKARTA – Pasar tengah menanti keputusan The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuannya dalam pertemuan Rabu mendatang. Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dijadwalkan pada hari ini, Rabu (4/5/2022), pukul 10.04 pagi waktu AS.
Dikutip dari CNBC, Selasa (3/5/2022), bank sentral AS tersebut diprediksi akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin. Suku bunga Federal Reserve atau The Fed akan menentukan besaran bunga yang dikenakan masing-masing bank untuk pinjaman jangka pendek dan patokan untuk besaran berbagai jenis kredit konsumen.
Meski demikian, kekhawatiran pasar juga semakin meningkat terkait kemampuan AS dalam menyeimbangkan laju inflasi dan menjaga agar ekonomi tidak terjebak dalam resesi.
Pada perdagangan Senin siang waktu AS, bursa Wall Street terpantau fluktuatif. Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 terpantau sempat melemah lebih dari 1 persen sebelum berhasil rebound.
Eks Wakil Ketua The Fed Roger Ferguson mengatakan kemungkinan AS memasuki masa resesi sangat tinggi. Hal ini karena instrumen yang dimiliki The Fed untuk mengendalikannya cenderung mentah dan hanya dapat mengendalikan permintaan agregat.
“Resesi diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023 mendatang dan diharapkan cenderung ringan,” jelasnya.
Baca Juga
Sejumlah ekonom memprediksi The Fed akan mempu menurunkan inflasi tanpa terkena resesi meski sentimen tersebut belakangan semakin terdengar di Wall Street. The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin besok dan 75 basis poin pada bulan Juni mendatang.
Selanjutnya, kenaikan suku bunga diyakini akan dilakukan secara perlahan hingga mencapai kisaran 3 persen pada akhir tahun 2022.
Sepanjang 2021 lalu, The Fed mengatakan masalah inflasi yang dihadapi bersifat transisional dan akan mereda seiring kembali normalnya kegiatan ekonomi. Tetapi, tahun ini pejabat The Fed mengakui masalah tersebut masih akan berlanjut selama beberapa waktu ke depan.
Selain akan menaikkan suku bunga, The Fed juga diprediksi akan mengumumkan langkah pengurangan kepemilikan obligasi AS. Selama masa pandemi, The Fed melakukan pembelian obligasi AS dalam jumlah besar.
“Kebijakan ini membuat The Fed harus menaikkan suku bunga dengan cukup, mulai mengurangi neraca keuangannya, serta menerima kemungkinan terjadinya resesi. Ini akan menjadi sinyal yang amat sulit dikomunikasikan ke pasar,” jelas Danielle DiMartino Booth, CEO Quill Intelligence.
Sepanjang kuartal I/2022 lalu, perekonomian AS terpantau terkontraksi sebesar 1,4 persen. Goldman Sachs sebelumnya memprediksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I/2022 akan turun hingga 1,5 persen, meski pada kuartal II/2022 diperkirakan akan tumbuh 3 persen.