Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakuan larangan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) berimbas pada anjloknya harga saham emiten perkebunan.
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Kamis (28/4/2022), harga CPO berjangka kontrak teraktif sempat menguat hingga 7.132 ringgit per ton atau US$1.635 per ton.
Langkah larangan ekspor ini berimbas negatif terhadap emiten perkebunan. Tercatat, mayoritas emiten di sektor tersebut mengalami koreksi hingga penutupan perdagangan sesi I pada pukul 11.30 WIB.
Saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) mencatatkan koreksi terdalam sejauh ini setelah anjlok 3,23 persen ke posisi Rp600. Menyusul dibelakangnya adalah PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) yang turun 3,06 persen ke Rp950.
Menyusul ANJT, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) turut melemah masing - masing sebesar 2,85 persen dan 2,33 persen.
Selanjutnya, saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) bergerak turun 1,2 persen pada level harga Rp494 disusul oleh PT Mahkota Group Tbk (MGRO) dengan koreksi 0,56 persen dengan harga Rp890.
Baca Juga
Sementara itu, Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) tercatat melemah 0,22 persen ke posisi Rp4.600.
Adapun, PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) dan PT Teladan Prima Agro Tbk (TLDN) terpantau stagnan hingga penutupan perdagangan sesi I.
Sebaliknya, saham PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) terpantau menguat 2,31 persen ke level Rp665.