Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dinilai akan tetap kuat meski diguncang ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Indonesia.
Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo menjelaskan, ada 3 alasan mengapa BBRI akan tetap kuat di tengah kemungkinan naiknya suku bunga Bank Indonesia.
“Menurut kami, dampak negatif dari ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Indonesia seharusnya minimal untuk BBRI, karena struktur deposit yang lebih baik dengan proporsi rasio current account saving account (CASA) di 63.6 persen,” papar Handiman dalam risetnya, Selasa (26/4/2022).
Alasan kedua menurutnya karena rasio loan to deposit (LDR) yang likuid sebesar 87 persen dibandingkan level normal di kisaran 90 persen hingga 92 persen.
Kemudian subsidi suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) oleh pemerintah yang dapat menjaga kemampuan bayar nasabah serta kualitas aset Bank BRI.
Sebelumnya, pada laporan keuangan konsolidasi kuartal pertama 2022, BBRI menunjukkan kinerja cukup baik. Return on equity (ROE) dan net interest margin (NIM) lebih tinggi seiring dengan efisiensi yang labih baik dan non performing loan (NPL) lebih rendah.
Baca Juga
Hal ini ditopang oleh kerja sama BBRI dengan Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Pegadaian yang menyumbangkan dampak positif.
“Ke depannya, menurut kami BBRI dapat menikmati aset yield yang lebih tinggi karena fokusnya untuk menumbuhkan kredit mikro, termasuk segmen KUR dan ultra mikro,” imbuh Handiman.
Pada kuartal pertama 2022, BBRI membukukan laba bersih Rp12.2 triliun atau naik sebesar 78,2 persen year-on-year (yoy) karena katalis positif konsolidasi PNM dan Pegadaian. Manajemen menyatakan seluruh anak perusahaan memiliki kontribusi positif terhadap laba bersih.
Adapun run-rate laba bersih kuartal pertama 2022 sejalan dengan ekspektasi laba bersih tahun ini di atas konsensus masing-masing sebesar 23.1 persen dan 29.2 persen.
Secara konsolidasi, kredit tumbuh sebesar 7,4 persen yoy didorong oleh segmen mikro yang meningkat 13,6 persen dan segmen kecil meningkat 8 persen yoy.
Sementara NPL bank-only cukup stabil di sisi yang tinggi sebesar 3,15 persen dengan NPL coverage memadai di atas 275 persen.
Pedoman cost of credit (CoC) BBRI pada 2022 ada di kisaran 2,8 persen hingga 3 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan 2021 yang mencapai 3,8 persen.
“Karena laba bersih BBRI yang sesuai dengan perkiraan, kami mempertahankan rekomendasi trading buy di BBRI dengan target harga yang tidak berubah sebesar IDR5,450 berdasarkan target price to book ratio (P/B) 2.5x,” tutup Handiman.
Akhir pekan lalu, Bank Indonesia mengatakan kenaikan suku bunga merupakan pilihan kebijakan terakhir yang akan diambil jika inflasi terus menanjak. Selama ini Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga di level 3,5 persen.