Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten sawit dan sahamnya diprediksi terimbas rencana Presiden RI Joko Widodo untuk menghentikan ekspor bahan baku minyak goreng seperto minyak kelapa sawit (CPO).
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan, hal ini akan sedikit banyak berpengaruh pada kinerja keuangan emiten terkait.
“Kalau misalkan dari pandangan kami, sebetulnya selama masih memenuhi DMO emiten masih bisa meningkatkan kinerja pendapatan. Tapi dengan ini kan pendapatan jadi kurang optimal, dan nett margin-nya akan agak tertekan, kinerjanya akan agak kurang optimal,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (24/4/2022).
Nafan mengatakan cukup mengapresiasi langkah pemerintah ini, untuk memberantas mafia minyak goreng dan menstabilkan harga CPO sehingga bisa meningkatkan daya beli masyarakat dan menikmati momentum pemulihan ekonomi.
Namun, menurutnya ekspor CPO punya peran besar untuk Indonesia, terutama dengan harga CPO yang masih dalam tren kenaikan serta adanya gangguan tenaga kerja di Malaysia.
“Kalau dimanfaatkan dengan baik ini bisa bisa mendatangkan devisa, dan perusahaan bisa meningkatkan average selling price [ASP]. Apa lagi, CPO tak hanya dibutuhkan negara lain untuk minyak goreng, tapi juga dipakai untuk substitusi energi yang reliable, murah, dan menarik,” imbuhnya.
Baca Juga
Oleh karena itu, harapannya langkah ini tidak diberlakukan untuk jangka panjang, karena potensi dari ekspor besar.
Terkait harga saham, berdasarkan catatan Bisnis sejumlah emiten di sektor kelapa sawit memiliki kinerja saham yang cukup mentereng sepanjang tahun ini. PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) contohnya, yang harga sahamnya mengalami kenaikan 38,42 persen secara year to date (ytd), ke level Rp13.150 pada penutupan perdagangan Jumat (22/4/2022).
Hal yang sama dialami oleh PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang harga sahamnya naik 6,56 persen secara ytd ke level Rp650. Sementara itu harga saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) telah naik 21,52 persen ke level Rp1.440.
Selain itu ada pula PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) yang juga mengalami kenaikan 8,49 persen secara ytd ke level Rp4.730. Sedangkan PT Provident Agro Tbk. (PALM) mengalami kenaikan 4,60 persen secara ytd ke level Rp910.
Nafan merekomendasikan karena CPO masuk dalam indeks noncyclical, bisa jadi indeks yang potensial pekan depan.
“Saya kira index noncyclical bisa dicermati, sebab bisa buy on weaknes secara teknikal. Kalau secara fundamental dari riset kami masih overweight dengan memperhatikan AALI dan LSIP,” terangnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.