Bisnis.com, JAKARTA - Transaksi broker pada kuartal II/2022 diperkirakan bakal mengalami penurunan terutama imbas dari invasi Rusia terhadap Ukraina.
Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Panin Sekuritas Prama Nugraha menuturkan transaksi Panin Sekuritas pada kuartal I/2022 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kuartal IV/2021.
Transaksi Panin Sekuritas pada kuartal I/2022 sekitar Rp25 triliun atau sedikit turun dibandingkan dengan kuartal IV/2022 sekitar Rp28 triliun.
"Invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari 2022 belum terlalu berdampak terhadap transaksi di kuartal I/2022, Tetapi adanya invasi tersebut telah memicu kenaikan harga minyak mentah dunia dan inflasi, sehingga mendorong The Fed segera menaikkan tingkat suku bunga," jelasnya saat dihubungi Bisnis, Minggu (17/4/2022).
Memperhatikan tekanan tersebut, investor perlu dicermati langkah-langkah yang diambil pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi dan iklim investasi nasional ke depannya.
Dalam jangka pendek, transaksi broker pada kuartal II/2022 akan terpengaruh terutama oleh perkembangan ekonomi global.
Baca Juga
"Kenaikan harga minyak dunia telah mendorong pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada april 2022 guna mengurangi tekanan pada APBN. Kenaikan harga BBM dapat mendorong inflasi," tuturnya.
Namun, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk mempertahankan BI 7DRR guna mendukung pemulihan pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi dan tekanan eksternal terkait invasi Rusia-Ukraina.
Di sisi lain pada level emiten, pada kuartal II/2022 akan ada rilis laporan keuangan kuartal I/2022 dan RUPS emiten yang memutuskan pembagian dividen, sehingga diharapkan dapat menjadi sentimen positif meningkatkan transaksi.
"Adanya libur hari raya akan mengurangi jumlah hari bursa sehingga transaksi pada kuartal II/2022 berpotensi menurun. Namun, usai libur hari raya transaksi akan normal kembali," katanya.
Sepanjang kuartal I/2022, transaksi di pasar modal termasuk saham, waran, rights issue, dan lain-lain mencapai Rp880,8 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah 9,1 persen dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu sebesar Rp969,06 triliun.
Dengan rincian, transaksi pada Maret menjadi yang tertinggi sebesar Rp375,56 triliun. Kemudian, transaksi pada Februari sebesar Rp248,75 triliun dan Januari sebesar Rp256,48 triliun.