Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lockdown di China Dilonggarkan, Harga Minyak Melonjak

Kenaikan harga minyak dunia tidak lepas dari perkembangan lockdown di China yang meningkatkan prospek permintaan.
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg
Ilustrasi. Tanki penimbunan minyak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak pada hari ini, Jumat (15/04/2022) kembali mengalami lonjakan. Harga minyak jenis Brent naik 2,44 persen menjadi berada di level US$114,43 per barel. Sementara itu, minyak jenis light sweet atau WTI melonjak 2,59 persen menjadi US$106,95 per barel.

Tren kenaikan harga minyak dunia masih terus berlangsung. Selama setahun terakhir, harga minyak Brent dan WTI melonjak masing-masing sebesar 58,05 persen dan 60,29 persen secara point-to-point.

Kenaikan harga minyak dunia tidak lepas dari perkembangan lockdown di China. Setelah sempat lockdown selama lebih dari sepekan akibat merebaknya Covid-19, saat ini pemerintah China mulai melakukan pelonggaran.

Pusat bisnis dan ekonomi Negeri Tirai Bambu, Shanghai yang sebelumnya memberlakukan lockdown ketat saat ini telah dikategorikan sebagai wilayah risiko rendah. Selama 14 hari terakhir, tidak ada kasus baru yang dilaporkan di Shanghai.

“Kenaikan harga minyak disebabkan oleh pelonggaran lockdown di China. Pasar energi sekarang sebagian besar menilai dalam pelepasan minyak strategis yang terkoordinasi dan mungkin terlalu pesimis tentang seberapa jauh China akan tetap pada tindakan lockdown dan isolasi ketat,” terang Ed Moya, analis pasar senior di Oanda, dikutip dari Bloomberg, Jumat (15/04/2022).

Minyak bumi adalah salah satu komoditas yang terganggu pasokannya akibat lockdown di China. Berdasarkan data dari analis ANZ, Shanghai menyumbang sekitar 4 persen dari total konsumsi minyak di China.

Selain karena melandainya wabah Covid-19, lockdown di China dilonggarkan akibat keluhan warga, terutama di Shanghai dan Jilin akibat sulitnya akses bahan pangan dan obat-obatan selama lockdown.

“Ada beberapa keluhan yang signifikan, dari kebijakan [lockdown] Xi Jinping” jelas Dali Yang, profesor ilmu politik yang berfokus pada China di Universitas Chicago.

Meski demikian hal tersebut belum menyebabkan krisis kepercayaan bagi Xi Jinping.

"Secara keseluruhan, situasinya masih terkendali, tergantung pada bagaimana virus menyebar. Tetapi saya tidak akan pernah meremehkan kapasitas sistem propaganda China untuk memimpin opini masyarakat. Setelah [merebaknya Covid-19] di Wuhan, dukungan publik terhadap kepemimpinan tidak berkurang, malah meningkat," pungkas Dali Yang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper