Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas logam industri terpuruk seiring dengan memanasnya tensi perang dagang dan kekhawatiran resesi global. Harga tembaga hingga aluminium terpantau anjlok.
Berdasarkan data Bloomberg, harga tembaga jatuh hingga 2,3% menjadi US$8.458,50 per ton di London Metal Exchange (LME) pukul 7.58 waktu setempat. Kejatuhan harga ini melanjutkan penurunan yang sempat mencapai 11% sejak pekan lalu. Sedangkan harga aluminium di LME juga terpantau turun 1,4%.
Sementara itu, harga bijih besi turun 3,2% menjadi US$91,70 per ton di Singapura atau level terendahnya sejak September 2024 sebelum akhirnya naik ke level US$93,35 per ton,
Goldman Sachs Group. sudah memangkas proyeksi harga tembaga ke level US$8.300 per ton, atau level bulanan terendahnya. Revisi target harga itu mengingat dampak tarif impor AS terhadap perekonomian global. Harga tembaga diperkirakan bisa saja turun ke level US$7.500 apabila terjadi resesi di AS.
"Kami melihat ada risiko terhadap permintaan dan proyeksi harga tembaga pada 2025 condong ke arah penurunan apabila produksi industri melemah lebih parah dari PDB, karena ketidakpastian yang meningkat memengaruhi investasi," tulis Analis Goldman Sachs Group. Eoin Dinsmore dalam catatan, dikutip Rabu (9/4/2025).
Adapun, logam industri mendapat aksi jual besar-besaran di pasar keuangan sejak Kamis (3/4/2025) usai Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor. Indeks logam LMEX Metals anjlok selama 10 hari berturut-turut, dan harga aluminium sudah melemah selama 15 hari dalam penurunan harga terpanjang dalam sejarah.
Tarif Trump berlaku untuk 60 mitra dagangnya yang disebut Trump sudah "menyinggung AS". Selain itu, juga ada tarif hingga 104% untuk barang-barang asal China.
Para pejabat di Washingtom memberikan sinyal bahwa mereka terbuka untuk diskusi lebih lanjut, sementara PM China Li Qiang megatakan negaranya punya strategi tersendiri menghadapi kejutan eksternal.