Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Melonjak ke Atas 6.000 Ringgit, Bos Astra Agro (AALI) Ungkap Dampaknya

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menyebut lonjakan harga CPO saat ini turut diikuti dengan kenaikan biaya (cost) yang ditanggung perusahaan.
Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk. Santosa (kedua kanan) memberikan penjelasan usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Jakarta, Senin (15/4/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk. Santosa (kedua kanan) memberikan penjelasan usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Jakarta, Senin (15/4/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah sentimen negatif membayangi prospek kinerja emiten perkebunan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) di tengah tingginya harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO).

Data dari laman Bursa Malaysia pada Rabu (13/4/2022), harga CPO dengan kontrak teraktif masih diperdagangkan di level 6.177 ringgit per ton. Harga kontrak tersebut sempat mencapai level tertingginya pada 6.249 ringgit per ton.

Presiden Direktur Astra Agro Lestari Santosa mengatakan, prospek kinerja perusahaan pada tahun ini dibayangi oleh sejumlah ketidakpastian di pasar. Menurutnya, tingkat ketidakpastian di pasar pada tahun ini terbilang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Ia menjelaskan, lonjakan harga CPO saat ini turut diikuti dengan kenaikan biaya (cost) yang ditanggung perusahaan. Salah satu yang menurutnya mengalami kenaikan adalah biaya pemupukan seiring dengan tingginya harga pupuk.

“Harga CPO naik, tetapi cost kita juga ikut naik. Kami memperhitungkan harga pupuk saat ini sudah naik sekitar 75 persen–80 persen. Sehingga, selisih kenaikan pendapatan dan cost juga akan tipis,” jelasnya dalam paparan publik perusahaan, Rabu (13/4/2022).

Selain itu, AALI juga turut terlibat dalam kebijakan pendistribusian CPO ke pasar domestik pada Januari – Februari lalu. Dengan penggunaan harga jual yang lebih rendah dibandingkan harga pasar, Santosa mengatakan pertumbuhan kinerja keuangan akan sedikit tersendat.

"Hasil kinerja kami pada kuartal I/2022 ini belum tentu menjadi refleksi untuk tahun 2022 secara keseluruhan," tambahnya.

Sementara itu, Santosa mengatakan, pihaknya cukup optimistis jumlah produksi CPO dan tandan buah segar (TBS) perusahaan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini seiring dengan kondisi cuaca pada tahun ini yang jauh lebih mendukung untuk penanaman dan panen CPO.

“Volume produksi pada kuartal I/2022 akan cenderung rendah, tetapi kami melihat ada peak production sekitar kuartal III/2022,” imbuh Santosa.

Adapun, pada 2021 lalu, total produksi TBS Astra Agro menurun 6,6 persen secara tahunan dari 4,63 juta ton menjadi 4,33 juta ton. Pembelian TBS eksternal tercatat tumbuh 25,6 persen yoy dari 2,61 juta ton pada 2020 ke 3,27 juta ton pada 2021.

Selanjutnya, total produksi CPO Astra Agro Lestari tercatat naik 3,1 persen menjadi 1,47 juta ton dari catatan tahun 2020 sebesar 1,43 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper