Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Dolar AS Tembus 100, Harga Komoditas Bakal Berguguran

Hanya emas yang diperkirakan tidak terpengaruh penguatan indeks dolar AS karena sifatnya sebagai aset safe haven.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar AS mengalami penguatan pada perdagangan Senin (11/4/2022) hingga menemabus 100 poin. Hal ini diperirakan akan membuat harga barang menjadi mahal dan malah membuat harga komoditas berguguran.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dengan menguatnya indeks dolar, harga komoditas akan berguguran, kecuali emas karena dipilih sebagai safe haven.

“Karena pada saat dolar AS menggalami penguatan emas akan kembali menguat juga karena indikasi sebagai safe haven saat inflasi tinggi, ini malah akan membuat harga emas melonjak,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (11/4/2022).

Senada, komoditas yang lain seperti gas alam tetap terus naik di tengah penguatan dolar. Hal ini melihat kondisi di Ukraina dan Eropa sangat memprihatinkan tentang masalah gas.

“Ini terutama dengan penyetopan ekspor gas dari Rusia ke Eropa membuat Eropa kekurangan gas. Di sisi lain ada kemungkinan dalam kuartal kedua Jerman akan memasuki fase krisis karena pasokan dari Rusia dihentikan untuk sementara,” kata Ibrahim.

Harga minyak diperkirakan masih cukup stabil, di level US$95 per barel, masih ada indikasi harga minyak mentah walaupun kondisi memanas di Ukraina, tetap sedikit terdorong ke bawah karena adanya intervensi dari pemerintah AS untuk menambah kuota untuk menutup kekurangan ekspor dari Rusia.

Mengutip data Bloomberg, indeks dolar AS pada perdagangan Senin (11/4/2022) pukul 15.00 WIB mengalami penurunan 0,03 persen ke 99,77 setelah sempat menyentuh level tertinggi di 100,20.

Salah satu penyebab utama kenaikan indeks dolar AS adalah karena peminatnya sebagai safe haven yang meningkat di tengah konflik Rusia dan Ukraina yang sedang kembali memanas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper