Bisnis.com, JAKARTA – Istilah ESG kian populer pada beberapa tahun terakhir. Sejumlah perusahaan mulai menempatkan ESG sebagai bagian penting dalam merancang rencana bisnis.
ESG atau environment (lingkungan), sosial (social), dan tata kelola (governance) lahir dari kesadaran investor akan pentingnya bisnis yang berkelanjutan. Kesadaran itu mendorong perusahaan untuk menempatkan ESG sebagai bagian penting dari keputusan finansial jangka panjang.
Aspek environmental berkaitan dengan bagaimana pertimbangan institusi dalam memposisikan diri terhadap isu lingkungan maupun konservasi sumber daya alam. Masuk dalam kategori ini penggunaan energi ramah lingkungan hingga pengelolaan sampah.
Untuk aspek sosial terkait erat dengan inklusivitas, gender di lingkungan kerja hingga proses pembebasan lahan dan dampak ke penduduk.
Adapun, aspek governance berkaitan dengan standar dalam menjalankan perusahaan sesuai prinsip tata kelola yang baik (good governance).
Foto: dok. Telkom Indonesia
Secara singkat, ESG terkait erat dengan semua aktivitas operasional perusahaan. ESG ingin menegaskan pentingnya aspek keberlanjutan pada segala aktivitas bisnis perusahaan. Kepercayaan investor meningkat jika perusahaan mampu menerapkan ESG.
Tren pertumbuhan penerapan ESG juga diamini oleh Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi.
Menurutnya, tren ESG tidak hanya terjadi di berbagai dunia dan negara maju, tapi juga di Indonesia.
“Data Otoritas Jasa Keuangan [OJK] menyebutkan dana kelolaan reksa dana dengan tema ESG meningkat dari hanya Rp42 miliar pada 2016 menjadi Rp3,5 triliun pada 2021,” katanya baru-baru ini.
Setali tiga uang, OJK sebelumnya menyebut penerapan ESG di pasar modal sangat penting karena akan memberikan nilai positif bagi emiten dan pasar keuangan Indonesia.
Menurut OJK, penerapan ESG di pasar modal sangat penting karena akan memberikan nilai positif bagi emiten dan pasar keuangan Indonesia.
ESG menjadi nilai lebih bagi perusahaan di mata investor. Dari sisi kinerja, emiten yang menerapkan ESG umumnya memiliki kinerja yang lebih baik termasuk saat pandemi Covid-19.
“Pada 2020 lalu, Sri Kehati Indeks [indeks berwawasan ESG] pulih lebih baik dibanding IHSG,” kata Wimboh Santoso, Ketua Komisioner OJK saat memberikan paparan dalam ESG Capital Market Summit 2021.
Untuk mendorong ESG, OJK memberi insentif bagi emiten yang ingin menerbitkan surat utang berwawasan lingkungan atau green bond untuk memacu minat perusahaan dalam mengimplementasikan ESG.
“Kita mengeluarkan Peraturan OJK tentang penerapan keuangan berkelanjutan, salah satunya insentif pengurangan biaya pungutan sebesar 25 persen dari biaya pendaftaran dan pernyataan pendaftaran green bond,” kata Wimboh.
Foto: dok. Telkom Indonesia
Salah satu perusahaan yang memberi perhatian pada aspek keberlanjutan dan ESG ialah PT Telkom Indonesia Tbk,. Sebagai perusahaan teknologi telekomunikasi, implementasi berkelanjutan diterapkan dalam sejumlah inisiatif.
Pertama, sustainable in business and use of technology di mana Telkom dan anak perusahaan berupaya untuk mengelola dampak dari proses bisnis hingga produk akhir, seperti konsumsi energi dan emisi karbon serta limbah elektronik yang dihasilkan.
Kedua, protection of data and information yaitu komitmen Telkom dan anak perusahaan untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan data pelanggan, termasuk menghindari pelanggaran kerahasiaan dari penyalahgunaan data dan penyadapan ilegal.
Ketiga, Engagement with Customer upaya pelibatan dengan pelanggan guna menjaga kepuasan dan kesetiaan pelanggan.
Keempat, Employee Digital Professionalism and Development, yaitu inisiatif Telkom untuk membangun budaya dan profesionalisme human capital serta pengelolaan tenaga kerja berbasiskan digital.
Kelima, Digital Economy and Social Value di mana Telkom dan anak perusahaan turut membangun dan mengembangkan perekonomian secara berkelanjutan di era digital.