Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perkebunan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) menorehkan kinerja positif imbas dari tingginya harga minyak sawit mentah (CPO) sepanjang 2021. Laba bersih perusahaan tercatat naik 1.604 persen atau 18 kali lipat pada 2021 dibandingkan dengan 2020.
Mengutip laporan keuangan ANJT, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai US$40,02 juta atau sekitar Rp572,36 miliar (kurs Rp14.300), naik 1.604 persen dibandingkan dengan laba bersih pada 2020 sebesar US$2,34 juta atau sekitar Rp33,57 miliar.
Lonjakan signifikan laba bersih perusahaan tidak lepas dari kenaikan pendapatan yang mencapai 62,57 persen secara tahunan, dari US$164,09 juta pada 2020 menjadi US$266,79 juta pada 2021. Sementara itu, beban pokok pendapatan hanya naik 33,89 persen dari US$124,01 juta menjadi US$166,04 juta. Kenaikan beban pokok pendapatan yang lebih rendah membuat margin laba kotor naik dari 24,43 persen pada 2020 menjadi 37,76 persen.
Kenaikan laba bersih tersebut mendorong kenaikan EBITDA dari US$34,3 juta pada 2020 menjadi US$87,2 juta pada 2021. Sementara itu, margin EBITDA naik dari 20,9 persen menjadi 32,7 persen.
Direktur Utama ANJT Lucas Kurniawan mengatakan peningkatan kinerja keuangan didukung oleh kinerja operasi yang solid, terutama kenaikan volume penjualan CPO sebesar 11,6 persen dan harga jual rata-rata CPO sebesar 38 persen. Unit bisnis kelapa sawit tercatat berkontribusi sebesar 99 persen dari total pendapatan.
“Ekonomi dunia yang mulai pulih telah meningkatkan permintaan terhadap kelapa sawit dan produk turunannya,” kata Lucas melalui keterangan resmi, Kamis (17/3/2022).
Baca Juga
Kenaikan volume penjualan, lanjutnya, turut didukung oleh penerapan praktik kelapa sawit berkelanjutan, inovasi agronomi, dan peningkatan volume produksi, terutama dari tanaman muda yang baru menghasilkan. Kebun yang baru beroperasi di Papua Barat dan Belitung tercatat mengalami kenaikan masing-masing 63 persen dan 19 persen.
“Kenaikan produksi adalah hasil penerapan strategi replanting di Pulau Belitung yang telah kami terapkan sejak 2015 dan pengembangan lahan baru yang kami lakukan secara bertanggung jawab di Papua Barat. Selain itu, untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, kami juga melakukan inovasi agronomi yang memperhatikan faktor keberlanjutan seperti teknik fertigasi, pengomposan dan penyerbukan,” ujar Lucas.
Di unit bisnis sagu, pendapatan juga meningkat dan mencapai US$1,3 juta yang disebabkan oleh kenaikan volume penjualan. Pada segmen energi terbarukan, peningkatan produksi listrik dari pembangkit listrik biogas perusahaan menyumbang pendapatan sebesar US$577.200 pada 2021, sementara tahun lalu sebesar US$574.200.
Sementara itu, unit bisnis sayuran, PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT), yang telah memulai ekspor edamame beku ke Jepang pada Maret 2021, menyumbang pendapatan sebesar US$878.700 pada 2021. Nilai tersebut naik sebesar 90,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena volume penjualan dan harga jual edamame beku yang lebih tinggi.
Selain berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih hampir 18 kali lipat, pencapaian penting lainnya adalah diraihnya sertifikasi keberlanjutan RSPO dan ISPO. Hingga akhir 2021, seluruh kebun inti dan 70 persen kebun plasma dan kemitraan petani swadaya telah mendapatkan sertifikasi RSPO dan ISPO. ANJT menargetkan seluruh kebun mitra akan telah tersertifikasi ISPO pada 2023 dan RSPO pada 2025.