Bisnis.com, JAKARTA — Kelangkaan minyak goreng masih terus terjadi hingga kini. Fenomena ini turut berimbas pada pergerakan saham Salim Group yang bergerak di bisnis kelapa sawit dan minyak goreng.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelang penutupan perdagangan sesi pertama, Senin (14/3/2022) saham PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) terpantau stagnan dan parkir di posisi 1.395, sedangkan PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) terkerek 0,95 persen di 520.
Perusahaan konglomerat yang digagas oleh Sudono Salim sejak 1972 ini termasuk urutan kedua keluarga terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes 2022. Bisnis keluarga Salim yang menerangi dunia kelapa sawit dikelola oleh anak perusahaan Indofood Agri Resources.
Adapun LSIP dan SIMP merupakan perusahaan sawit Grup Salim yang masih menggerakkan roda keuntungan hingga kini. Divisi Minyak dan Lemak Nabati (EOF) PT Salim Ivomas Pratama Tbk. memproduksi sejumlah produk turunan kelapa sawit, seperti minyak goreng Bimoli, Delima, dan Happy, serta produk margarin dan shortening dengan merek Royal Palmia dan Amanda.
Grup SIMP memiliki 5 fasilitas penyulingan CPO dengan kapasitas total mencapai 1,7 juta ton CPO per tahun yang berlokasi di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Perusahaan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku hingga 72 persen dari perkebunan sendiri.
Kelangkaan minyak goreng disusul dengan meningkatnya harga melebihi harga eceran tertinggi (HET). Pasalnya, tengkulak harus membeli minyak secara paketan dengan sembako lainnya, seperti minyak goreng yang dipaket dengan santan maupun beras.
Baca Juga
Hal ini mendorong tingginya harga jual minyak goreng. Penjual melepas minyak goreng di atas HET Rp14.000 per liter, menjadi Rp16.000 per liter. Kondisi ini terpantau di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Kudus, Jawa Tengah, dan Tembilahan, Riau.
Berdasarkan pantauan Bisnis, Presiden Joko Widodo bahkan mendapati kelangkaan minyak goreng di Pasar Kembang, Yogyakarta. Harga minyak di Pasar Beringharjo dan Pasar Sentul Yogyakarta juga cukup bervariasi, mulai dari Rp14.000 per liter sampai Rp20.000 per liter.
Melansir data dari lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas), kerugian ekonomi yang diderita masyarakat karena krisis dan melonjaknya harga minyak goreng mencapai angka Rp3,38 triliun. Konsumsi minyak goreng nasional tahun 2021 mencapai 3,3 miliar liter.