Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Catat Penurunan Terburuk Setelah OPEC Umumkan Tambahan Produksi

Penurunan harga minyak mentah terjadi setelah Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan anggota OPEC akan mendukung peningkatan produksi ke pasar yang kacau karena gangguan pasokan sebagai dampak penerapan sanksi ke Rusia.
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris
Tangki penyimpanan minyak di California, Amerika Serikat/Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah global pada akhir perdagangan Kamis pagi (10/3/2022) waktu Asia, mencatat penurunan terbesar sejak awal pandemi hampir dua tahun lalu.

Hal ini terjadi setelah Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan anggota OPEC akan mendukung peningkatan produksi ke pasar yang kacau karena gangguan pasokan sebagai dampak penerapan sanksi ke Rusia setelah menginvasi Ukraina.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei anjlok lebih dari 17 persen selama sesi sebelum menetap dengan merosot US$16,84 atau 13,2 persen, menjadi menetap di US$111,14 per barel, penurunan satu hari terburuk sejak 21 April 2020.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret terpangkas US$15,44 atau 12,5 persen menjadi ditutup pada US$108,70 per barel, hari terburuk mereka sejak November tahun lalu.

"Kami mendukung peningkatan produksi dan akan mendorong OPEC untuk mempertimbangkan tingkat produksi yang lebih tinggi," kata Duta Besar Yousuf Al Otaiba dalam sebuah pernyataan yang dicuit oleh Kedutaan Besar UEA di Washington.

Sementara itu, Direktur Energi Berjangka di Mizuho memperkirakan OPEC mungkin dapat membawa sekitar 800.000 barel ke pasar dengan sangat cepat dalam menggantikan pasokan Rusia.

Penurunan harga minyak juga diperburuk oleh para pedagang yang menafsirkan beberapa komentar yang dilaporkan dari seorang menteri Irak sebagai kesediaan negara itu untuk meningkatkan produksi jika diperlukan.

Namun, pemasar minyak mentah milik negara SOMO kemudian mengklarifikasi bahwa pihaknya melihat kenaikan bulanan OPEC+ sudah cukup untuk mengatasi kekurangan minyak.

Pernyataan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) berubah minggu ini ketika Sekretaris Jenderalnya Mohammed Barkindo mengatakan bahwa pasokan semakin tertinggal dari permintaan.

Padahal seminggu yang lalu, OPEC+ menyalahkan kenaikan harga pada geopolitik daripada kurangnya pasokan dan memutuskan untuk tidak meningkatkan produksi lebih cepat dari sebelumnya.

OPEC+, yang mencakup Rusia, telah menargetkan peningkatan produksi 400.000 barel per hari setiap bulan, dan telah menolak permintaan dari Amerika Serikat dan negara-negara konsumen lainnya untuk memompa lebih banyak cadangan ke pasar.

Rusia adalah pengekspor minyak mentah dan bahan bakar utama dunia, mengirimkan sekitar 7 juta barel per hari atau 7,0 persen dari pasokan global.

Harga minyak telah jatuh di awal sesi setelah Badan Energi Internasional mengatakan cadangan minyak dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk mengkompensasi gangguan pasokan Rusia.

"Jika ada kebutuhan, jika pemerintah kita memutuskan demikian, kita dapat membawa lebih banyak minyak ke pasar, sebagai salah satu bagian dari tanggapan," kata ketua IEA Faith Birol.

Birol mengatakan keputusan IEA pekan lalu untuk melepaskan 60 juta barel minyak dari cadangan strategis adalah tanggapan awal.

"Dunia sedang bekerja sama untuk mengatasi lonjakan harga minyak dan itu telah menempatkan puncak jangka pendek untuk minyak mentah," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Amerika Serikat melarang impor minyak dan gas dari Rusia pada Selasa (8/3/2022), sementara Inggris mengatakan akan menghapus impor minyak Rusia pada akhir tahun, yang menambah gangguan ekspor yang disebabkan oleh serangkaian sanksi ekonomi hukuman terhadap Rusia.

Harga minyak telah reli lebih dari 30 persen sejak invasi Rusia pada 24 Februari dan sempat menyentuh puncak di atas US$139 dolar AS per barel pada Senin (7/3/2022).

Sementara itu, Relative Strength Index untuk minyak mentah Brent, indikator momentum, menunjukkan pasar akan melakukan aksi jual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper