Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan teknologi asal Singapura Grab Holdings Ltd mengumumkan kinerja keuangannya sepanjang 2021. Grab tercatat masih mengalami kerugian hingga tahun lalu.
Grab membukukan pendapatan senilai US$675 juta, meningkat 44 persen secara year-on-year (yoy) dari US$469 juta pada tahun 2020. Pendapatan ini meningkat karena pertumbuhan dari segmen pengantaran dan layanan keuangan.
Meski demikian, kerugian Grab pada 2021 membengkak 30 persen menjadi US$3,55 miliar atau setara Rp51,07 triliun (kurs Rp14.385), dari US$2,74 miliar di 2020. Kerugian ini mencakup US$1,6 miliar beban bunga non-tunai terkait dengan saham yang dapat ditukarkan, yang dihentikan setelah pencatatan saham Grab dan sebesar US$353 juta merupakan pengeluaran terkait pencatatan publik.
Kerugian Grab untuk kuartal IV/2021 saja mencapai US$1,1 miliar yang mencakup US$311 juta beban bunga non-tunai terkait dengan saham preferen. Laporan ini sontak membuat saham Grab di Bursa Amerika ambruk 37 persen pada penutupan perdagangan Kamis (3/3/2022) waktu setempat.
Sementara itu, Gross Merchandise Value (GMV) Grab tumbuh 29 persen yoy, menyentuh angka US$16,1 miliar yang merupakan rekor bagi perseroan. Lalu, average monthly transacting users (MTUs) untuk 2021 sebesar 24,1 juta, lebih rendah 2 persen akibat lockdown di kuartal III/2021.
Rata-rata pengeluaran per pengguna, yang didefinisikan dengan GMV per MTU, meningkat 31 persen yoy ke US$666. Hal ini mencerminkan loyalitas yang lebih besar dan semakin kuatnya user base perseroan.
Baca Juga
Group CEO dan Co-Founder Grab Anthony Tan mengatakan, tahun 2021 merupakan tahun terkuat perseroan, bahkan saat menghadapi kondisi pandemi yang lebih berat dengan varian Delta dan Omicron.
"Kami mencapai pertumbuhan yang luar biasa baik dalam GMV maupun pendapatan, sambil terus meningkatkan margin EBITDA yang disesuaikan dari tahun ke tahun," ucap Anthony dalam keterangan resminya, Jumat (4/4/2022).
Menurutnya, orang Asia Tenggara semakin mengandalkan superapp Grab untuk berbagai kebutuhan sehari-hari. Dia menyebut sebanyak 56 persen pengguna Grab menggunakan dua atau lebih layanan Grab dan rata-rata pembelanjaan pengguna di Grab tumbuh 31 persen pada 2021.
"Kami berharap 2022 akan menjadi tahun yang menentukan bagi Grab, karena kami bersiap meluncurkan layanan digibank kami di Singapura," kata dia.
Chief Financial Officer Grab Peter Oey menuturkan, pihaknya berencana untuk berhati-hari dan disiplin dalam mengalokasikan modal. Pasalnya, pihaknya ingin menggandakan peluang pertumbuhan jangka panjang dari bisnis on-demand, periklanan, dan layanan keuangan Grab.
"Kami tetap fokus pada jalur kami menuju profitabilitas dan akan terus meningkatkan ekonomi unit kami," ujarnya.