Bisnis, JAKARTA - Tekanan pandemi yang masih cukup berat akibat pembatasan mobilitas sepanjang tahun lalu menyebabkan emiten ritel pengelola IKEA dan Guardian, PT Hero Supermarket Tbk. harus ikhlas untuk menutup tahun 2021 dengan penurunan pendapatan dan kerugian.
Sementara itu, pertumbuhan bank digital bagai jamur di musim hujan. Kehadiran mereka pun menantang status quo dari bank-bank konvensional yang selama ini menguasai pasar
Selain berita ekonomi dan bisnis tersebut, beragam berita yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id sebagai berikut :
1. Bayang-Bayang Pandemi Belum Usai, HERO Sukses Tekan Kerugian
Tekanan pandemi yang masih cukup berat akibat pembatasan mobilitas sepanjang tahun lalu menyebabkan emiten ritel pengelola IKEA dan Guardian, PT Hero Supermarket Tbk. harus ikhlas untuk menutup tahun 2021 dengan penurunan pendapatan dan kerugian.
Apalagi, sepanjang tahun lalu perseroan masih berfokus pada upaya restrukturisasi jaringan toko swalayan Giant yang telah ditutup. Kendati demikian, perseroan berhasil menekan tingkat kerugian sehingga mengecil dibandingkan dengan kerugian pada 2020 lalu.
Emiten dengan kode saham HERO ini melaporkan pendapatan bersih pada 2021 turun 2,2 persen secara tahunan, dari Rp3,56 triliun pada 2020 menjadi Rp3,48 triliun.
Penurunan ini disumbang oleh terkoreksinya pendapatan dari segmen makanan dari Rp898,20 miliar pada 2020 menjadi Rp719,75 miliar pada 2021. Sementara itu, pendapatan bersih dari segmen nonmakanan naik dari Rp2,66 triliun menjadi Rp2,76 triliun.
2. Menakar Asa Pertaruhan Bank Digital di Lini Kredit
Pertumbuhan bank digital tahun lalu bagai jamur di musim hujan. Kehadiran mereka pun menantang status quo dari bank-bank konvensional yang selama ini menguasai pasar, sehingga bank-bank besar itu pun buru-buru memperkuat ekosistem digitalnya.
Tahun ini, persaingan antara bank-bank kecil yang bertransformasi menjadi bank digital dengan bank-bank konvensional yang sudah lebih dahulu menguasai pasar, akan makin sengit.
Bagaimana pun, tujuan akhir sebuah bisnis bank adalah untuk menjalankan fungsi intermediasi dan menghasilkan keuntungan dari sana. Bank digital harus mampu membuktikan kebolehannya melalui penyaluran kredit dan menghasilkan keuntungan.
Jika menilik strategi yang dijalankan oleh sejumlah bank digital akhir-akhir ini, umumnya mereka tengah berfokus pada upaya penjaringan nasabah baru agar mau menyimpan dana mereka di bank digital tersebut. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat suku bunga simpanan yang ditawarkan.
3. Rekor Kinerja dan Pertaruhan Bisnis Batu Bara Adaro Energy
PT Adaro Energy Indonesia Tbk. menikmati pertumbuhan kinerja keuangan yang signifikan sepanjang tahun 2021 lalu berkat kenaikan permintaan dan harga batu bara global. Namun, keberlanjutan hasil positif ini berada dalam tantangan di tengah kampanye energi hijau yang kian masif.
Emiten dengan kode saham ADRO ini telah mengumumkan kinerja keuangannya untuk periode 2021. Hasilnya, pendapatan perseroan mencapai US$3,99 miliar, melonjak 58 persen secara tahunan atau year-on-year (YoY) dari tahun sebelumnya US$2,54 miliar.
Di sisi lain, beban pokok pendapatan hanya naik 14 persen YoY menjadi US$2,22 miliar. Seiring dengan itu, laba kotor perseroan melonjak 207 persen YoY menjadi US$1,77 miliar dan laba usaha meroket 436 persen YoY menjadi US$1,53 miliar.
Ebitda operasional perseroan dapat meningkat 138 persen YoY menjadi US$2,1 miliar. Capaian ini melebihi target perseroan yang telah direvisi, yakni antara US$1,75 miliar hingga US$1,90 miliar.
4. Investasi Real Estat Menuju Rekor Baru, Aset Berkilau
Tahun 2021 menandai perubahan yang signifikan dengan kondisi pemerintah, pebisnis, dan berbagai komunitas terus menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
Perubahan pun tampak di sektor real estat, yang melihat percepatan tren yang ada dan munculnya tren baru yang membentuk bagaimana para penghuni dan investor di Asia Pasifik berusaha untuk beradaptasi dan mendorong pertumbuhan pada masa mendatang. Semua mata sekarang tertuju pada apa yang akan terjadi untuk 2022 dan seterusnya.
Prospek pasar real estat komersial Asia Pasifik adalah positif, menurut konsultan properti global CBRE (Coldwell Banker Richard Ellis) yang berbasis di Texas, Amerika Serikat.
Laporan CBRE menggali lebih dalam perkiraan tentang prospek ekonomi kawasan serta perspektif tentang tren utama dan peluang pertumbuhan di sektor perkantoran, industri dan logistik, ritel, dan investasi.
Meski muncul varian Covid-19 baru bernama Omicron yang bermula di Afrika Selatan, pertumbuhan ekonomi untuk Asia Pasifik menuju normal kembali ke tingkat sebelum Covid, dengan ekspansi ekonomi yang stabil diharapkan terjadi sepanjang tahun, dipimpin oleh pertumbuhan yang sangat besar di India dan China daratan.
5. Dominasi Pangsa dan Pilihan Mobil Hibrida Toyota, Dkk
Tren mobilitas terelektrifikasi di Indonesia diproyeksikan mengubah medan kompetisi bagi pelaku industri otomotif. Sementara merek China dan Korea Selatan mulai unjuk gigi, merek-merek Jepang kekeuh menerapkan strategi bertahap dengan model hibrida sebagai unggulan.
Mobilitas ramah lingkungan merupakan tren global, termasuk kendaraan listrik. Sebagai salah satu negara basis produksi kendaraan bermotor, Indonesia tidak mau kehilangan momentum untuk menjadi salah satu pemain utama.
Untuk itu, pemerintah terus mendorong agar para prinsipal melakukan investasi sektor otomotif, terutama guna mengembangkan produk berteknologi elektrik. Sebagai payung hukumnya, diterbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai pada 12 Agustus 2019.