Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat hari ini dengan tingginya capital inflow dari asing dan penguatan harga komoditas.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang mengatakan kombinasi dari naiknya Indeks DJIA sebesar 1,50 persen serta naiknya harga beberapa komoditas seperti batu bara 17,35 persen, minyak mentah 1,57 persen, nikel 7,87 persen dan timah 0,88 persen di tengah terus derasnya capital inflow ke Bursa Saham Indonesia akan menjadi katalis pendorong naik IHSG dalam perdagangan Jumat ini.
Invasi Rusia atas Ukraina membuat harga di pasar komoditas naik secara tajam, misal minyak tertinggi selama 7 tahun terakhir, utamanya harga komoditas energi dan metal mining, secara mikro tentunya sangat berdampak positif terhadap top line dan bottom line emiten tersebut.
Namun, secara makro ekonomi tentunya akan mendorong naik inflasi disaat banyak negara baru saja recovery setelah dipukul turun pandemi Covid-19 termasuk Indonesia yang saat ini mulai merasakannya dari naiknya harga gas, naiknya harga BBM non subsidi, langkanya minyak goreng & gula pasir di masyarakat.
“Hari ini IHSG bisa bergerak di kisaran 6.821 – 6.917," paparnya dalam publikasi riset.
Adapun, saham pilihan untuk dibeli di antaranya sejumlah saham emiten batu bara dan komoditas lainnya seperti ITMG, AALI, ADRO, LSIP, INCO, UNTR, SRTG, ANTM, TINS, dan MDKA.
Baca Juga
Saat ini pelaku pasar masih terus mengamati perkembangan invasi Rusia ke Ukraina yang telah memasuki minggu kedua tetapi dampak sanksi ekonomi yang terjadi saat ini mulai memukul perekonomian Rusia.
Saat ini izin perbankan Rusia menggunakan SWIFT International Payment tengah dibekukan, begtu pula aset-aset yang dimiliki oligarki (konglomerat) yang berkaitan dengan Putin, saham-saham emiten Rusia jatuh di Bursa Global, dan dikeluarkannnya emiten Rusia dari perhitungan Indeks Russel & MSCI.
“Selain itu, diturunkannya rating emiten asal Rusia hingga 6 jenjang menjadi rating "sampah" dan dihentikannya seluruh penerbangan asal Rusia ke banyak tujuan di Eropa & AS, menjadi faktor negatif bagi Indeks di Wall Street & Eropa sehingga bergerak sangat volatile,” jelasnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.