Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan harga bahan baku dan pandemi Covid-19 yang berlanjut menjadi sejumlah sentimen yang mengganjal kinerja emiten-emiten yang tergabung dalam indeks industri dasar.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan terbatasnya pergerakan harga saham emiten dalam indeks industri dasar tidak lepas dari sejumlah sentimen dari luar negeri dan dalam negeri. Kenaikan harga bahan baku utama, seperti komoditas energi dan barang kimia dasar telah menggerus marjin.
“Kenaikan harga bahan baku, yang diiringi dengan perlambatan pertumbuhan permintaan bisa membuat marjin keuntungan menyempit, misal di emiten semen di tengah status pandemi yang berlanjut,” kata Nafan, Kamis (3/3/2022).
Dia mengatakan para investor harus memperhatikan sejumlah aspek yang bisa menjadi sentimen pada harga saham, di antaranya adalah harga komoditas energi dan perkembangan permintaan domestik.
Menurutnya, kenaikan biaya energi perlu dicermati. Pasalnya, Ada juga sisi oversupply di mana emiten banyak dan memicu kompetisi yang ketat, padahal pertumbuhan permintaannya belum tentu positif.
"Belum lagi, berkaitan pandemi yang masih berlangsung. Statusnya belum endemi, ini termasuk faktor,” imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, harga sejumlah komoditas utama seperti batu bara dan minyak mentah telah meningkat signifikan, seiring dengan konflik geopolitik di Ukraina yang berlanjut dan disrupsi logistik global akibat pandemi yang berlanjut.
Harga batu bara pengiriman April di pasar Newcastle tercatat menembus US$446 per ton, sedangkan di pasar Rotterdam mencapai US$447,5 per ton. Di Indonesia, harga batu bara acuan pada Februari berada di level US$188,38 per ton.
Harga minyak mentah juga menembus US$100 per barel, seperti minyak mentah Brent yang mencapai US$115,93 per barel per Kamis (3/3) pukul 09.23.
Adapun, IDX Basic Material yang menaungi emiten di sektor industri dasar tercatat melemah 0,99 persen pada perdagangan Rabu (2/3/202), sementara dalam sepekan terakhir terkoreksi 2,15 persen.