Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Margin Laba Bersih Mayora (MYOR) Terancam Harga Komoditas

Harga bahan baku seperti kopi yang naik 24 persen secara kuartalan, kenaikan gandum yang mencapai 12 persen, dan CPO sebesar 17 persen dinilai bisa memberi tekanan bagi Mayora (MYOR).
Dalam upaya menjaga aktivitas sektor manufaktur makanan dan minuman, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang melakukan kunjungan kerja ke pabrik PT Mayora Indah Tbk di Jl Jayanti 1 di Balaraja, Tangerang, Banten (18/9/2020). /Kemenperin
Dalam upaya menjaga aktivitas sektor manufaktur makanan dan minuman, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang melakukan kunjungan kerja ke pabrik PT Mayora Indah Tbk di Jl Jayanti 1 di Balaraja, Tangerang, Banten (18/9/2020). /Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA – Margin laba bersih PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) diperkirakan turun, imbas dari kenaikan harga komoditas. Penurunan diramal tetap terjadi meski perusahaan memutuskan melakukan penyesuaian harga jual produk.

Analis CGS CIMB Sekuritas Indonesia Patricia Gabriela memperkirakan penjualan MYOR pada kuartal IV/2021 naik 9 persen secara tahunan sehingga penjualan sepanjang tumbuh 12 persen. Pertumbuhan ekspor diprediksi menjadi pendorong kenaikan ini.

Namun, harga bahan baku seperti kopi yang naik 24 persen secara kuartalan, kenaikan gandum yang mencapai 12 persen, dan CPO sebesar 17 persen diyakini tetap akan memberi tekanan bagi perusahaan. Kenaikan harga di kuartal IV/2021 belum bisa mengimbangi tekanan tingginya harga bahan baku tersebut sehingga berimbas pada margin laba.

"Kami merevisi gross profit margin Mayora pada kuartal IV/2021 ke 21 persen, di bawah kuartal III/2021 sebesar 22,2 persen," tulis Patricia dalam risetnya yang dikutip Kamis (17/2/2022).

Dengan asumsi kenaikan efisiensi belanja operasional dilakukan sebesar 3 persen secara tahunan di kuartal IV/2021, Patricia memperkirakan laba bersih MYOR di kuartal IV/2021 turun 25 persen secara tahunan dan net profit sepanjang 2021 kemungkinan turun sampai 34 persen secara tahunan.

"Kami memangkas proyeksi earning per share 2021-2023 sebesar 10 sampai 19 persen dengan asumsi gross profit margin lebih rendah," tambah Patricia.

Untuk 2022, MYOR tercatat mempertahankan target pertumbuhan penjualan di kisaran 5 sampai 10 persen dengan asumsi kenaikan harga bahan baku berlanjut. Perusahaan juga berencana meluncurkan beberapa produk baru untuk mendukung target penjualan tersebut.

Di sisi lain, pabrik baru yang beroperasi di Filipina dinilai dapat meningkatkan margin. CGS CIMB lantas merevisi perkiraan pertumbuhan penjualan menjadi 8 persen dengan asumsi kenaikan rata-rata harga jual sebesar 3 persen dan volume naik 5 persen.

"Meski harga harga gula dan gandum mulai stabil, harga kopi dan CPO tetap naik. Kami perkirakan risiko tekanan pada margin tetap ada setidaknya sampai kuartal III/2022," katanya.

Dengan asumsi tersebut, Patricia memperkirakan gross profit margin 2022 hanya akan meningkat 0,5 persen secara tahunan. Laba bersih 2022 diperkirakan tumbuh 22 persen secara tahunan dengan mempertimbangkan biaya promosi yang juga lebih tinggi.

Dia mengkalkulasi pendapatan dan laba bersih MYOR tahun 2021 masing-masing bisa mencapai Rp27,38 triliun dan Rp1,36 triliun. Sedangkan pada 2022, pendapatan bisa mencapai Rp29,60 triliun dan laba bersih Rp1,66 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper