Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumsi Belum Pulih, Simak Rekomendasi Saham Konsumer Berikut Ini

Equity Analyst Sinarmas Sekuritas Elvira Natalia mengungkapkan rekomendasi terkait saham konsumer di tengah belum pulihnya konsumsi masyarakat.
Konsumen memilih makanan dan bahan makanan di salah satu supermarket di Jakarta, Kamis (7/5/2020). BISNIS.COM
Konsumen memilih makanan dan bahan makanan di salah satu supermarket di Jakarta, Kamis (7/5/2020). BISNIS.COM

Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat daya beli yang belum pulih diperkirakan akan berdampak pada saham-saham yang berada pada sektor kebutuhan pokok konsumen atau saham konsumer

Equity Analyst Sinarmas Sekuritas Elvira Natalia mengatakan perilaku downtrading konsumen atau perpindahan konsumsi ke produk dengan harga yang lebih murah, juga diperkirakan masih akan berlanjut pada 2022 dan berdampak pada emiten sektor kebutuhan pokok konsumen.

Menurutnya, konsumen cenderung memilih produk yang lebih murah, yang memberikan profitabilitas yang lebih rendah bagi perusahaan. Elvira juga menyoroti setelah hampir dua tahun pandemi, tingkat pengangguran di Indonesia sedikit meningkat. Meskipun pembukaan lapangan kerja telah terjadi di beberapa sektor, penciptaan lapangan kerja sektor formal masih rendah.

"Melihat perkembangan baru-baru ini, kami pikir daya beli mungkin membutuhkan waktu untuk pulih sepenuhnya. Kami percaya masyarakat yang berada di kelompok berpenghasilan terendah akan terus sangat bergantung pada bantuan pemerintah," ucap Elvira dalam risetnya, dikutip Minggu (13/2/2022).

Sinarmas Sekuritas melihat, bantuan pemerintah akan kurang mendukung bagi peningkatan konsumsi di 2022. Pasalnya, melihat APBN 2022, dukungan pemerintah untuk perlindungan sosial lebih rendah sebesar 12,4 persen [year on year/yoy], sehingga jumlahnya turun menjadi Rp427,5 triliun.

Selain itu, dia mengatakanpemerintah akan memperpanjang Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga tahun 2022. Namun, PEN diperpanjang dengan anggaran yang lebih rendah sebesar Rp414 triliun.

Sementara itu, dari sudut pandang pendapatan, pemerintah membatasi kenaikan upah tahun 2022 dengan rata-rata hanya 1,09 persen, setelah kenaikan hampir 0 persen pada 2021. Menurut Elvira, kenaikan yang tipis ini dapat terus membatasi konsumsi.

"Ancaman lain terhadap daya beli datang dari kenaikan tarif PPN yang akan datang," ujarnya.

Dia melanjutkan, tekanan margin juga akan terus mengikuti saham-saham emiten sektor kebutuhan pokok konsumen. Saat ini, harga komoditas global telah meroket, sebagian karena gangguan rantai pasokan. Dalam pandangan Sinarmas Sekuritas, gangguan rantai pasokan saat ini dapat berlangsung hingga 2023.

"Kami percaya bahwa pemulihan daya beli akan bertahap. Kami yakin kekhawatiran margin akan terus mengikuti pemain FMCG dan dapat menjadi normal di semester II/2022," tuturnya.

Adapun, Sinarmas Sekuritas menegaskan sikap netral untuk sektor kebutuhan pokok konsumen ini. Sikap ini didasarkan pada kekhawatiran jika tingkat konsumsi belum sepenuhnya pulih setelah dilanda pandemi.

Sinarmas Sekuritas merekomendasikan saham-saham berikut sesuai urutannya kepada investor, yakni ICBP buy dengan target harga Rp10.800, INDF dengan target price (TP) Rp7.800, KLBF di Rp1.800, SIDO add dengan TP Rp880, dan UNVR dengan rating netral pada TP Rp4.300.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper