Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan cenderung terkoreksi akibat aksi ambil untung investor pada penutupan pekan ini, Jumat (11/2/2022).
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 15.00 WIB, kemarin (10/2/2022), IHSG parkir di posisi 6.823,64, melemah 0,16 persen atau 10,9 poin. IHSG sempat mencatatkan posisi tertinggi pada level 6.874,35.
Tercatat, sebanyak 234 saham berada di zona hijau, 294 saham melemah dan 153 saham stagnan. Total transaksi jelang penutupan mencapai Rp15,2 triliun dengan investor asing mencatatkan net foreign buy sejumlah Rp1,64 triliun di seluruh pasar.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menjelaskan adanya potensi aksi profit taking lanjutan pada penutupan perdagangan pekan ini.
Menurutnya, rilis data inflasi terbaru AS yang tumbuh 7,5 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 7,2 persen, dan kenaikan inflasi terbesar sejak tahun 1982 mendorong yield obligasi AS tenor 10 tahun naik ke level 2,043 persen, bahkan yield obligasi AS tenor 2 tahun naik ke level 1,609 persen.
Hal ini memuncul spekulasi The Fed akan lebih agresif menaikkan suku bungan dari sebelumnya menjadi sentimen negatif pendorong kejatuhan Indeks Dow Jones sebesar 1,47 persen.
Baca Juga
"Jika dikombinasikan dengan turunnya EIDO sebesar 0,1 persen dan jatuhnya harga beberapa komoditas seperti batu bara, CPO berpotensi menjadi sentimen negatif bagi perdagangan di bursa Indonesia," katanya, Jumat (11/2/2022).
Edwin memperkirakan rentang pergerakan IHSG pada hari ini antara 6.755 hingga 6.851. Adapun, rekomendasi beli disematkan kepada saham-saham berikut, diantaranya INCO, LPPF, ANTM, MAPI, MEDC, ISAT, BBNI, TOWR, JPFA, dan BRPT.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.