Bisnis.com, JAKARTA - Tren kenaikan harga ayam pedaging (broiler) akan menjadi katalis positif untuk emiten sektor unggas pada 2022.
Analis Mirae Asset Sekuritas Emma A. Fauni dalam risetnya yang dikutip pada Minggu (6/2/2022) menyebutkan, prospek emiten sektor unggas ditopang oleh sejumlah faktor.
Pertama, adalah tren harga ayam broiler dan DOC yang solid. Emma menjelaskan, harga rata-rata bulanan ayam broiler pada bulan Desember 2021 di wilayah Jawa naik 5,9 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp20.400 per kg.
Kenaikan harga ini seiring adanya dua kebijakan afkir (culling) beruntun pada November dan Desember 2021, masing-masing sebesar 94 juta final stock (FS) dan 150 juta FS. Angka ini naik dari pemusnahan bulanan rata-rata yang hanya di kisaran 50 juta FS sampai 70 juta FS.
Sementara itu, rata-rata harga DOC di Jawa Barat juga terpantau naik 1,8 persen yoy menjadi Rp6.600 per ekor.
Pada bulan Januari, Emma menyebut harga ayam broiler akan berada di level yang tinggi pada kisaran Rp21.500 per kilogram, atau naik 5,4 persen secara bulanan. Kenaikan tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat pasca pencabutan PPKM ketat selama libur akhir tahun.
Baca Juga
Lebih lanjut, pada Januari 2022, pemerintah telah menginstruksikan kebijakan afkir untuk telur tetas berusia 19 hari sebanyak 142 juta butir. Instruksi pertama tahun ini berlaku efektif selama enam pekan, yakni 8 Januari sampai 19 Februari 2022.
“Sejauh ini, periode Januari menjadi bulan ketiga berturut-turut dimana tingkat culling berada di atas rata-rata bulanan,” jelasnya.
Kebijakan ini akan menjadi katalis positif lain untuk harga ayam broiler, mengingat sentimen ini akan memicu kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) untuk penjualan unggas hidup. Sentimen ini terutama akan dirasakan untuk emiten unggas yang bertindak sebagai integrator.
Meski demikian, Emma mengatakan, kebijakan ini akan turut mendorong harga DOC yang akan ditanggung oleh peternak kecil mandiri. Apalagi, kenaikan harga jagung yang menjadi pakan ternak telah memberikan tekanan kenaikan tambahan dari harga bahan baku.
“Kenaikan harga ayam broiler juga akan mendorong harga ayam di tingkat konsumen. Seiring dengan hal tersebut, kami memperkirakan jumlah culling akan kembali normal dalam beberapa bulan mendatang untuk mencegah harga ayam naik lebih tinggi,” ujarnya.
Di sisi lain, tren harga bahan baku pakan ternak seperti jagung dan kedelai yang masih tinggi akan menjadi perhatian sejumlah emiten unggas integrator. Oleh karena itu, Emma memprediksi segmen penerimaan dari DOC dan broiler akan pulih, sementara segmen pakan ternak masih akan tertekan.
Kekhawatiran terhadap harga bahan baku pakan ternak ini diprediksi akan berlanngsung setidaknya selama kuartal I/2022. Musim panen jagung pada periode Februari – Maret diyakini akan menurunkan harga jagung domestik.
Seiring dengan sentimen-sentimen tersebut, Emma menyematkan rating netral (neutral) pada sektor unggas dan merekomendasikan saham JPFA untuk trading buy pada target harga Rp2.000 dan WMUU dengan rating buy pada level Rp240.