Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wijaya Karya Beton (WTON) Targetkan Kontrak Baru Rp7,35 Triliun Tahun Ini

PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) membidik kontrak baru sebesar Rp7,35 triliun pada 2022, lebih tinggi dari raihan kontrak pada tahun 2021 sebesar Rp5,21 triliun.
Pekerja melakukan pengecekan rutin beton di pabrik milik PT Wijaya Karya Beton./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan pengecekan rutin beton di pabrik milik PT Wijaya Karya Beton./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten grup BUMN Karya, PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) menargetkan total kontrak baru mencapai Rp7,35 triliun pada 2022, lebih tinggi 41 persen dibandingkan dengan perolehan kontrak pada 2021 sebesar Rp5,21 triliun.

Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) Yuherni Sisdwi Rachmiyati menuturkan target kontrak baru sebesar Rp7,35 triliun pada tahun ini diutamakan dari sektor infrastruktur, baik di wilayah padat penduduk maupun wilayah yang tidak padat.

"Target ini terhitung optimis mengingat perolehan tahun sebelumnya tumbuh 35 persen di tengah pandemi. Optimisme ini timbul melihat capaian tahun-tahun sebelumnya yang kembali meningkat, karena proses bisnis menemukan caranya sendiri untuk terus tumbuh," jelasnya kepada Bisnis, Sabtu (29/1/2022).

Yuherni menjelaskan infrastruktur juga dibutuhkan untuk menghubungkan wilayah dengan kegiatan ekonomi tinggi agar semakin membuat kegiatan ekonomi semakin efisien yang pada akhirnya pada kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.

Adapun, emiten berkode saham WTON ini mencatatkan penurunan kinerja hingga kuartal III/2021. Dalam laporan keuangannya, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) ini mencatatkan penurunan pendapatan 16,18 persen menjadi Rp2,47 triliun hingga kuartal III/2021, dari sebelumnya Rp2,95 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).

Pendapatan ini diraih dari produk putar sebesar Rp992 miliar, turun 13,2 persen dari Rp1,14 triliun. Proses produksi beton pracetak putar sendiri melalui tahapan proses pendistribusian, pembentukan dan pemadatan beton menggunakan mesin dengan sistem sentrifugal (dengan cara diputar pada kecepatan atau rpm tertentu). Dalam proses memproduksi beton pracetak putar, WIKA Beton menggunakan metode pemadatan beton yakni sistem putaran mesin spinning.

Produk-produk beton pracetak yang diproduksi melalui sistem putar pada jalur, yaitu tiang beton, yang meliputi tiang listrik distribusi, tiang listrik transmisi, tiang telepon, tiang listrik jalan rel, dan tiang lampu, sedangkan tiang pancang meliputi, tiang pancang bulat berongga, dan tiang pancang kotak berongga, dan cylinder pile. Sementara itu, produk pipa beton (hydro structure concrete product), meliputi core type pre-stressed concrete pipes.

Selanjutnya, pendapatan produk non-putar sebesar Rp1,17 triliun, naik 6,24 persen dari Rp1,10 triliun, di mana proses produksi beton pracetak non-putar dilakukan melalui tahapan proses pendistribusian dan pemadatan dengan cara vibrasi yaitu sistem penggetaran baik secara internal, eksternal ataupun kombinasi keduanya.

Produk-produk perseroan yang dihasilkan melalui proses produksi beton pracetak non-putar, diantaranya tiang pancang segi empat masif, tiang pancang segitiga, bantalan jalan rel,  dan balok Jembatan.

Adapun pendapatan jasa perseroan turun 28,2 persen menjadi Rp154,3 miliar, dari Rp214,9 miliar. Begitu pula dengan pendapatan konstruksi yang turun 68,16 persen dari Rp492 miliar, menjadi Rp156,6 miliar yoy.

Beban pokok pendapatan perseroan tercatat turun 15,54 persen menjadi Rp2,35 triliun, dari Rp2,79 triliun secara tahunan atau year-on-year (yoy).

Laba bruto perseroan juga tercatat mengalami penurunan menjadi 27,10 persen dari Rp163,3 miliar, menjadi Rp119,1 miliar hingga kuartal III/2021.

WTON pun tercatat masih mampu membukukan laba bersih Rp54 miliar, turun 1,64 persen dari Rp54,9 miliar secara tahunan.

Adapun hingga sembilan bulan 2021, WTON mencatatkan total aset sebesar Rp8,47 triliun, turun dari 2020 sebesar Rp8,5 triliun.

Jumlah liabilitas perseroan juga turun menjadi Rp5,05 triliun akhir September 2021, dari Rp5,11 triliun di akhir 2020. Sementara jumlah ekuitas perseroan tercatat naik menjadi Rp3,4 triliun hingga akhir kuartal III/2021, dari Rp3,39 triliun di 31 Desember 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper