Bisnis.com, JAKARTA - Emiten grup BUMN Karya, PT Wijaya Karya Beton Tbk. (WTON) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp292,5 miliar.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Beton Yuherni Sisdwi Rachmiyati menuturkan belanja modal tersebut untuk pengembangan pembangkit listrik mobile dan optimalisasi pabrik yang ada.
"Target capex pada 2022 sebesar Rp292,5 miliar direncanakan untuk pengembangan mobile plant, optimalisasi pabrik eksisting dan aset bekas Wijaya Karya Konstruksi, serta realignment bisnis perusahaan anak," jelasnya kepada Bisnis, Jumat (28/1/2022).
WTON mencatatkan penurunan kinerja hingga kuartal III/2021. Dalam laporan keuangannya, anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) ini mencatatkan penurunan pendapatan 16,18 persen menjadi Rp2,47 triliun hingga kuartal III/2021, dari sebelumnya Rp2,95 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan ini diraih dari produk putar sebesar Rp992 miliar, turun 13,2 persen dari Rp1,14 triliun. Selanjutnya, pendapatan produk non-putar sebesar Rp1,17 triliun, naik 6,24 persen dari Rp1,10 triliun.
Adapun pendapatan jasa perseroan turun 28,2 persen menjadi Rp154,3 miliar, dari Rp214,9 miliar. Begitu pula dengan pendapatan konstruksi yang turun 68,16 persen dari Rp492 miliar, menjadi Rp156,6 miliar yoy.
Baca Juga
Beban pokok pendapatan perseroan tercatat turun 15,54 persen menjadi Rp2,35 triliun, dari Rp2,79 triliun secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Laba bruto perseroan juga tercatat mengalami penurunan menjadi 27,10 persen dari Rp163,3 miliar, menjadi Rp119,1 miliar hingga kuartal III/2021.
Emiten berkode saham WTON ini pun tercatat masih mampu membukukan laba bersih Rp54 miliar, turun 1,64 persen dari Rp54,9 miliar secara tahunan.
Adapun hingga sembilan bulan 2021, WTON mencatatkan total aset sebesar Rp8,47 triliun, turun dari 2020 sebesar Rp8,5 triliun.
Jumlah liabilitas perseroan juga turun menjadi Rp5,05 triliun akhir September 2021, dari Rp5,11 triliun di akhir 2020. Sementara jumlah ekuitas perseroan tercatat naik menjadi Rp3,4 triliun hingga akhir kuartal III/2021, dari Rp3,39 triliun di 31 Desember 2020.