Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Terperosok, Nasdaq Anjlok 2,6 Persen

Penurunan Nasdaq yang mencapai 2,6 persen merupakan penutupan terendah sejak Oktober 2021 karena Wall Street terus mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan oleh Federal Reserve.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat berguguran pada akhir perdagangan Selasa (18/1/2022) waktu setempat karena kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan penurunan pendapatan Goldman Sachs.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (19/1/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 1,51 persen atau 543,34 poin ke 35.368,47, S&P 500 anjlok 1,84 persen atau 85,74 poin ke 4.577,11, dan Nasdaq tergelincir 2,60 persen atau 386,86 poin ke 14.506,90.

Penurunan Nasdaq yang mencapai 2,6 persen merupakan penutupan terendah sejak Oktober 2021 karena Wall Street terus mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan oleh Federal Reserve. Adapun imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam dua tahun, menjadi 1,865 persen

“Aksi jual adalah kelanjutan dari apa yang telah kita lihat sejauh ini tahun ini, semua tentang suku bunga. Kenaikan imbal hasil seri 10 tahun memiliki implikasi besar bagi internal pasar,” kata David Lefkowitz, kepala ekuitas untuk Amerika di UBS Global Wealth Management kepada Yahoo Finance Live.

Wall Street sempat libur pada Senin untuk memperingati Hari Martin Luther King Jr. kemudian melanjutkan perdagangan pada Selasa di tengah kesibukan laporan keuangan perusahaan yang diumumkan menjelang sesi perdagangan. Goldman Sachs (GS), PNC Bank (PNC) dan Bank of New York Mellon (BK ) merilis laporan pendapatan selama tiga bulan terakhir tahun 2021 sebelum pasar dibuka.

"Sektor perbankan investasi dengan lonjakan advisory benar-benar terlihat di Goldman Sachs, tetapi saya pikir pendapatan perdagangan akan menjadi sedikit lebih ringan karena volatilitas yang disebabkan oleh pandemi mulai mereda," kata analis bank senior dan manajer portofolio abrdn Jon Curra.

Menjelang musim laporan pendapatan emiten, investor akan menetapkan fokus mereka pada laba perusahaan dan metrik perusahaan lainnya, bergeser setidaknya untuk sementara dari kekhawatiran seputar pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve dan ketidakpastian ekonomi yang telah mengguncang saham dalam beberapa pekan terakhir.

Kekhawatiran atas kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan telah membebani pasar saham 2022 sejauh ini. S&P 500 turun 2,79 persen year-to-date, sementara Dow telah kehilangan 1,84 persen. Nasdaq telah merosot 5,93 persen sejak awal tahun ini, dengan lebih dari saham sepertiga perusahaan dalam indeks setidaknya terpangkas 50 persen dari posisi tertinggi 52-minggu, menurut data Bloomberg.

“Sangat menarik untuk melihat pasar mencerna transisi ini dari lampu hijau ke lampu kuning. Ini hanya lingkungan yang jauh berbeda dari yang kita alami sejak dasar pandemi,” kata kepala Strategi Pasar FS Investments Troy Gayeski.

Namun, prospek untuk tahun 2022 tetap positif dengan sejumlah analis pasar yang mengantisipasi kenaikan sekalipun imbal hasilnya tidak mungkin menyamai return jumbo saham pada 2021. Namun pasar saham berada dalam kondisi yang baik untuk pengembalian yang solid di masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg/Yahoo Finance
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper