Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian BUMN menargetkan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia naik signifikan. Salah satu pendanaan proyek yang dibutuhkan bakal digalang melalui penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham PT Pertamina Geothermal Energy.
Wakil Menteri BUMN II, Pahala Nugraha Mansury mengatakan, Indonesia tengah meningkatkan penggunaan sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT). Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia memiliki peta jalan transisi energi yang tertuang dalam Grand Strategi Energi Nasional.
Dalam peta jalan itu, EBT ditargetkan mencapai 23 persen pada 2025 dan mencapai 31 persen pada 2050 dalam bauran energi. Dalam peta jalan itu, menurut Pahala, pemerintah mendorong pemanfaatan EBT hingga 20 giga watt (GW) pada 2030.
Pahala menuturkan, salah satu yang paling mudah dikembangkan adalah penggunaan geothermal. BUMN diharapkan dapat mengoptimalkan geothermal di kawasan yang dikelola sendiri. Saat ini, baru 9 persen wilayah geothermal yang berproduksi dengan kapasitas 1.900 mega watt (MW).
Untuk memaksimalkan potensi pengembangan Geothermal, maka guna mengumpulkan dana yang dibutuhkan, kata Pahala, Kementerian BUMN siap melakukan membawa Pertamina Geothermal Energy (PGE) IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pahala menjelaskan, IPO PGE ditargetkan bisa terealisasi pada semester I/2022.
"Insya Allah, PGE ini targetnya di semester I-2022 ini. Targetnya di registrasi di Maret, IPO kemudian di Juni mungkin," tukasnya dalam salah satu sesi wawancara, dikutip Kamis (13/1/2022).
Baca Juga
Selain memaksimalkan pembangkit listrik yang sudah ada, anak usaha PT Pertamina (Persero) itu juga dapat menghasilkan produk hijau, seperti hidrogen dan amonia hijau. Penggunaan EBT disebut akan meningkatkan kualitas udara dan mendukung pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca nasional.
Peningkatan penggunaan geothermal juga untuk menekan impor BBM nasional. Sebab, saat ini konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,2 juta barel per hari.
Kebutuhan BBM tersebut sebanyak 40 persen dipasok dari impor. Karenanya, untuk menghadirkan energi bersih dalam rangka terciptanya kemandirian energi nasional, dibutuhkan sumber energi lokal terutama EBT seperti geothermal.
Saat ini, PGE mengelola 15 wilayah kerja dengan kapasitas 1.877 MW. Dengan rincian, 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW merupakan kontrak operasi bersama. Untuk meningkatkan pemanfaatan panas bumi, saat ini PGE mengembangkan teknologi baru dengan menggunakan binary cycle.