Bisnis.com, JAKARTA – PT Schroders Investment Management Indonesia atau Schroders Indonesia telah menyiapkan sejumlah strategi guna meningkatkan jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) pada tahun 2022.
Investment Director Schroders Indonesia Irwanti mengatakan, pihaknya optimistis dapat mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan pada tahun ini. Meski demikian, pihaknya tidak menyebutkan secara rinci target AUM yang diincar.
“Kami terus mengupayakan pertumbuhan dana kelolaan yang konsisten baik melalui jumlah investor atau distributor maupun kinerja portofolio,” jelasnya saat dihubungi pada Rabu (12/1/2022).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga 31 Desember 2021, Schroders memiliki AUM sebesar Rp33,89 triliun. Jumlah tersebut turun 8,52 persen dibandingkan dengan perolehan dana kelolaan pada akhir Desember 2020.
Guna menggenjot pertumbuhan dana kelolaan, Irwanti menuturkan pihaknya akan mengekplorasi produk-produk baru berdasarkan permintaan pasar dan kapabilitas perusahaan.
Pada tahun 2022, Schroders melihat bahwa tema-tema terkait dengan pemulihan ekonomi dan yang membentuk dunia di masa depan, investor dapat menemukan dan memanfaatkan peluang investasi secara optimal dalam jangka panjang.
Baca Juga
Sementara itu, prospek pertumbuhan dana kelolaan reksa dana pada tahun ini utamanya akan didukung oleh kinerja pasar modal seiring dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut secara global.
“Kami meyakini bahwa tahun 2022 akan menjadi tahun untuk saham, meskipun di sisi lain kebijakan moneter reversal dapat memperlambat kinerja pasar obligasi,” katanya.
Khusus untuk sentimen dari dalam negeri, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada tahun ini akan ditopang oleh reformasi struktural dari pertumbuhan ekonomi, omnibus law, dan perkembangan sovereign wealth fund Indonesia.
Lebih lanjut, aktivitas di pasar modal ke depannya juga akan membantu mendorong pasar saham Indonesia dengan lebih banyak nama-nama yang menarik bagi investor asing seperti new economy, keberlanjutan, dan saham-saham teknologi.
Sementara itu, penyebaran varian baru virus corona menjadi sentimen yang perlu diperhatikan pada tahun ini. Irwanti mengatakan, hal ini dapat memaksa pemerintah memberlakukan lockdown parsial yang memperlambat ekonomi.
“Meskipun covid akan tetap menjadi risiko, tingkat vaksinasi yang lebih tinggi, ketersediaan pil treatment covid, dan infrastruktur perawatan kesehatan yang lebih baik akan menurunkan risiko volatilitas pasar pada tahun 2022,” jelasnya.
Selain itu, inflasi karena gangguan rantai pasokan dan permintaan yang tertahan dapat mendorong inflasi secara keseluruhan. Hal ini dapat menghambat prospek pertumbuhan dana kelolaan.