Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Emiten Konsumer Bergerak Variatif, Penjualan Eceran Bakal Melesat

Para produsen dan emiten di beberapa sektor dapat memanfaatkan momentum kenaikan inflasi untuk memperbaiki margin usaha.
Logo Unilever Indonesia dalam kampanye Indonesia World Farmer Scene/Unilever.co.id
Logo Unilever Indonesia dalam kampanye Indonesia World Farmer Scene/Unilever.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan saham-saham emiten konsumer terpantau variatif pada awal tahun ini kendati data penjualan eceran diperkirakan terus bergeliat.

Di lantai bursa, saham PT Siantar Top Tbk. (STTP) memimpin kenaikan sebesar 2,04 persen menjadi Rp7.500 pada akhir perdagangan sesi I Selasa (11/1/2022). Selanjutnya saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) menyusul dengan kenaikan 1,56 persen menjadi Rp6.500.

Begitu pula saham anyar PT Cisarua Mountain Dairy Tbk. (CMRY) menguat 1,17 persen menjadi Rp3.450.

Di sisi lain, saham emiten konsumer produsen rokok seperti PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) melemah 0,08 persen menjadi Rp30.925 dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) turun 1,02 persen menjadi Rp975.

Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) juga masih di zona merah dengan pelemahan 1,41 persen menjadi Rp4.190 bersama PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) yang turun 1,82 persen menjadi Rp2.160.

Adapun, Bank Indonesia dalam Survei Penjualan Eceran memperkirakan penjualan eceran pada Desember 2021 tumbuh sebesar 8,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

“Kinerja penjualan eceran pada Desember 2021 terutama ditopang oleh kelompok bahan bakar kendaraan bermotor yang tercatat sebesar 37,4 persen yoy di Desember 2021, naik dari 33,8 persen yoy di November 2021,” tulis BI dalam laporannya, Selasa (11/1/2022).

Adapun, kinerja penjualan eceran yang kuat juga mencerminkan pemulihan daya beli masyarakat. PT Bahana TCW Investment Management atau Bahana TCW pun menilai bahwa kenaikan inflasi pada 2022 akan mendorong perusahaan-perusahaan terbuka atau emiten untuk memperbaiki margin usaha sehingga dapat menopang pertumbuhan kinerja.

"Para produsen dan emiten di beberapa sektor dapat memanfaatkan momentum ini [kenaikan inflasi] untuk memperbaiki margin usaha dengan menaikkan harga jual produk mereka. Sehingga akan berpengaruh kepada pasar saham berkat kinerja emiten yang membaik, seiring terkontrolnya tingkat inflasi," ujar Budi pada Selasa (11/1/2022).

Meskipun begitu, di sisi lain, Bahana TCW menilai bahwa kenaikan inflasi tahun ini akan memengaruhi daya beli masyarakat. Namun, kondisi ekonomi yang lebih baik dapat membuat pendapatan masyarakat turut meningkat, berbeda dengan kondisi awal pandemi Covid-19 di Indonesia yang membuat banyak orang kesulitan mencari penghasilan. 

Bahana TCW memperkirakan tingkat inflasi akan terjaga di angka 3 persen selama 2022. Kebijakan Bank Indonesia sepanjang 2021 menunjukkan adanya kemampuan untuk mengendalikan inflasi dengan perangkat moneter yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper